Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menu Hangat di Kaki Tidar

Kompas.com - 08/04/2017, 15:06 WIB

Sebelumnya ia adalah pegawai di warung sop senerek lainnya. Kini, sudah tiga warung ia miliki. Setiap hari, Suratmi menghabiskan rata-rata 10 kilogram daging sapi. Sebagai pelengkap, pengunjung dapat meminta isi sop ditambah dengan babat, paru, atau iso.

Setiap harinya disediakan sekitar 3 kg babat, paru, dan iso. Harganya terjangkau. Satu porsi sop senerek campur nasi hanya Rp 13.000 atau Rp 16.000 untuk seporsi sop yang disajikan terpisah dengan nasi.

Wedang kacang dan sego godhog

Pada malam hari, kami mencicipi wedang kacang yang berisi ketan putih dan kacang tanah yang berpadu dalam cairan hangat yang manis. Rasa manis diperoleh dari larutan gula jawa dan gula pasir.

Cara membuatnya pun mudah. Agustina (58), pemilik Warung Wedang Kacang Kebon di Jalan Pajang, Kota Magelang, ini tidak segan-segan membeberkan resep menu-menunya.

Sambil memasak mi godhog pesanan pelanggan, ia membisikkan cara membuat wedang kacang. Kacang tanah direbus semalaman hingga pecah-pecah. Sebagian malah hancur sehingga menyumbang rasa gurih seperti santan. Gurih bercampur manis sungguh paduan rasa yang memikat.

Jangan khawatir, masih ada berbagai menu lainnya, seperti wedang ronde dengan potongan agar-agar, emping, dan bulatan- bulatan ronde. Jika hari panas, kita bisa meminta wedang ronde ini menjadi es ronde. Komponen jahe diganti dengan perasan jeruk nipis. Hmm, segaarr.

Jika ingin makan ”berat”, warung yang berlokasi di Jalan Pajang ini menyediakan menu seperti nasi goreng, mi goreng, mi godhog, hingga bakso.

Namun, jika hanya ingin nyemil, ada banyak macam gorengan, seperti tahu isi, tahu bacem, dan sate pisang. Sayang, menu andalan berupa pisang berbalut tepung hunkwe yang kemudian ditusuk seperti sate sudah habis.

Resep wedang kacang merupakan warisan turun-temurun dari orangtuanya. Agustina sudah berjualan sejak tahun 1982. Dari semula hanya wedang kacang, lama-lama menunya bertambah banyak, mulai dari wedang kacang sekoteng, wedang ronde, es ronde, kolak, hingga aneka olahan mi dan bakso.

Untuk makan malam, kami memilih meluncur menuju lapak Mbah Jo 57 di Jalan Sriwijaya, masih di Kota Magelang. Ada menu sego godhog yang kami incar.

Gerimis mengiringi pasangan suami istri, Ari Mulyati (47) dan Gendut Suharto (48) yang akrab dipanggil Mbah Mo, sibuk menyiapkan pesanan para pelanggan. Semua dimasak satu per satu, tidak ada yang digabung meskipun pesanannya sama.

Keduanya rupanya memahami betul customized service untuk memuaskan pelanggan. Para calon pembeli pun rela antre panjang. Bagi yang tidak bersedia, akan memilih balik kanan.

”Pelanggan enggak mau pesanannya dimasak gabung dengan pesanan lain, kan permintaannya beda-beda. Jadi memang harus dibuatkan satu per satu,” kata Ari yang juga menyediakan menu lain, seperti mi dan bihun, baik goreng maupun godhog serta cap cay, nasi goreng, dan magelangan.

Menu terakhir adalah nasi goreng yang dicampur mi. Jalan tengah bagi yang ingin makan nasi goreng dan mi goreng sekaligus. Semuanya campur aduk tetapi tetap enak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com