Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aneka Tradisi Leluhur dengan Suguhan Nasi Liwet

Kompas.com - 15/06/2017, 21:10 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Liwet yang merupakan salah satu proses memasak nasi khas Indonesia ternyata telah ada sejak zaman nenek moyang. Terbukti dengan tercatatnya nasi liwet dalam buku Serat Centhini (1814-1823).

Menurut Ahli Gastronomi Indonesia, Murdijati Gardjito, liwet adalah proses memasak yang sangatlah tua, dan termasuk yang sederhana.

“Proses memasak khas Indonesia ini sudah tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa mulai nenek moyang, dan saat ini lahirlah nama-nama ragam kuliner di berbagai daerahnya hasil proses liwet itu,” ujar Mudijati yang juga peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada (UGM).

Salah satu produknya ialah Nasi Liwet Solo, yang dalam selametan orang Jawa disebut nasi wuduk. Nasi wuduk sendiri kerap hadir dalam selametan seperti “dhahar rasulan” yang dilakukan untuk keperluan selametan atau hidangan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Wuduk di dhahar rasulan, kelengkapan lauknya berbeda dengan nasi liwet solo. Yaitu sambal pecel, sambal pencok, lalapan (mentimun, ketimun, kubis, tauge pendek, daun kemangi), krupuk kulit sapi, ingkung ayam jago,” ujarnya.

Salah satu Profesor Sastra Jawa Universitas Indonesia, Parwatri, menambahkan bahwa nasi hasil liwetan juga biasa disajikan dalam upacara adat Jawa yaitu wilujengan Jawa. Seperti malam midodareni yang merupakan syukuran sebelum upacara pernikahan berlangsung.

“Juga pada malam midodareni. Jam 24 diadakan majemukan doa dengan sesaji ambengan nasi liwet lauknya opor ingkung, trancam (kol, kecambah mentah, bawang merah utuh, dan bumbu urap), pecel pitik (ayam panggang suwir bumbu pecel), dan krupuk kulit (rambak),” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com