MAMUJU, KOMPAS.com - Rambu Solo atau pesta kedukaan tidak hanya menjadi tradisi sakral bagi masyarakat Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Tradisi pesta kematian ini juga menjadi ajang perekat rumpun keluarga besar keturunan bangsawan Mamasa.
Pesta yang biasanya digelar selama sepekan atau sebulan persiapan hingga puncak acara tersebut kerap dihadiri kerabat yang merantau puluhan tahun ke luar daerah bahkan di luar negeri.
Mereka sengaja pulang hanya untuk menghadiri pesta meriah tersebut sekaligus merekatkan kembali hubungan kekerabatan.
(BACA: Eksotisme Air Terjun Bertingkat Tujuh di Mamasa)
Pesta Rambu Solo digelar salah satu keluarga bangsawan Mamasa di Kelurahan Tawalian, Kecamatan Tawalian, Sabtu (1/7/2017) siang.
Ritual pesta kematian tersebut digelar sebagai rangkaian prosesi upacara pemakaman Yuliana To’tuan, salah satu turunan bangsawan di Mamasa.
(BACA: Rambu Solo, Pesta Kematian yang Meriah)
Untuk menghibur keluarga yang berduka dan tamu undangan yang hadir, panitia menyajikan tontonan berupa adu kerbau. Adu kerbau di sebuah arena khusus di Mamasa tersebut dilakukan hingga acara puncak pemakaman usai.
Biasanya pertunjukan adu kerbau ini berlangsung selama tiga hari. Kerbau-kerbau yang memiliki motif dan warna bulu khas yang akrab dikenal warga Mamasa sebagai tedong Bonga ini umumnya dibeli keluarga dengan harga fantastis hingga Rp 500 juta.
Sebelum dipotong dan dihidangkan sebagai santapan bagi ribuan warga dan sanak keluarga yang datang dari jauh, kerbau-kerbau atau tedong Bonga ini diadu di sebuah arena khusus aduan kerbau di Mamasa.
Pesta Rambu Solo memiliki beberapa tingkatan, salah satunya mangallun. Manggallun merupakan tradisi kedukaan tingkatan yang paling atas dalam kasta adat Mamasa.
Edi Susilo Pualilin, salah satu anggota keluarga bangsawan Pualilin menyebutkan, pesta adat ini merupakan tradisi masyarakat Mamasa yang tetap lestari hingga kini.
Tradisi ini sengaja digelar untuk menghibur keluarga yang berduka, sekaligus ajang silaturahmi antar-keluarga yang datang dari berbagai kota dan luar negeri.
"Ini tradisi turun temurun yang digelar terutama keluarga bangsawan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada sanak keluarga tercinta yang telah meninggal dunia. Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi atau pertemuan antar sesama keluarga termasuk yang merantau puluhan tahun di luar daerah," kata Edi.
Prosesi puncak pesta Mengallun memakan waktu yang cukup lama lantaran jenazah yang telah meninggal terlebih dahulu disemayamkan di atas rumah duka selama kurang lebih satu tahun. Pada puncak Mangallun biasanya dilakukan pesta selama kurang lebih seminggu bahkan sebulan.
Selama Rambu Solo berlangsung, keluarga menggelar pesta makan dengan menghidangkan puluhan ekor kerbau, kambing, sapi dan ayam.
Saat itu sanak keluarga dalam satu kampung tak perlu repot memasak di rumah, sebab acara menjadi tempat jamuan bagi seluruh sanak keluarga termasuk warga kampung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.