Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak! Sejarah Kimono dari Masa ke Masa...

Kompas.com - 12/03/2018, 21:15 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada awalnya, kimono merupakan kata dalam bahasa Jepang yang berarti pakaian. Namun, pada tahun-tahun selanjutnya, kata tersebut merujuk khusus pada baju tradisional Jepang. Kimono yang kita kenal saat ini, muncul pertama kali pada masa Heian (794-1192).

Sebelumnya, di masa Nara (710-794), biasanya orang-orang Jepang memakai satu setel pakaian terpisah yang terdiri dari atasan dan bawahan (celana panjang atau rok) atau baju terusan. Namun, pada masa Heian, pembuatan baju kimono mulai dilakukan.

Dikenal dengan metode ‘straight-line-cut’, pembuatan kimono melibatkan pemotongan kain dalam garis lurus, lalu menjahitnya secara bersamaan. Dengan teknik ini, pembuat kimono tidak harus memperhatikan bentuk badan pemakainya saat memproduksinya.

Kimono dengan potongan garis lurus ini menawarkan berbagai macam keuntungan. Pertama, ia mudah dilipat. Kedua, cocok dipakai pada cuaca apa pun. Ketiga, bisa digunakan secara berlapis untuk memberikan kehangatan di musim dingin. Juga dibuat dari bahan seperti linen yang nyaman digunakan di musim panas.

Seorang wanita berkimono berjalan di samping antrean warga di depan Apple Store di Ginza, Tokyo untuk membeli iPhone terbaru, 19 September 2013. Apple resmi memasarkan produk terbaru iPhone 5s dan 5c ke seluruh dunia.AFP PHOTO / TORU YAMANAKA Seorang wanita berkimono berjalan di samping antrean warga di depan Apple Store di Ginza, Tokyo untuk membeli iPhone terbaru, 19 September 2013. Apple resmi memasarkan produk terbaru iPhone 5s dan 5c ke seluruh dunia.
Manfaat-manfaat tersebut membuat kimono akhirnya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang.

Seiring berjalannya waktu, saat penggunaan kimono beriringan dengan perkembangan mode, orang-orang Jepang mulai memperhatikan bagaimana pakaian tradisional tersebut tampak lebih menarik dengan berbagai macam warna.

Mereka menjadi lebih peka terhadap warna. Padahal, biasanya, kombinasi warna mewakili warna musiman atau kelas politik yang menjadi miliknya.

Selama masa Kamakura (1192-1338) dan Muromachi (1338-1573), baik pria maupun perempuan Jepang mengenakan kimono berwarna cerah.

Para pejuang berpakaian dengan warna yang sesuai pemimpin mereka. Terkadang, medan perang pun terlihat seperti fashion show.

Pada masa Edo (1603-1868), klan prajurit Tokugawa memimpin Jepang. Negara tersebut dibagi menjadi wilayah feodal yang dipimpin para bangsawan. 

Wartawan Majalah Cosmopolitan Vincentius Alvin Yoga memakai kimono saat naik ke puncak Himeji Castle di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang, Minggu (4/3/2018).KOMPAS.com/NURSITA SARI Wartawan Majalah Cosmopolitan Vincentius Alvin Yoga memakai kimono saat naik ke puncak Himeji Castle di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang, Minggu (4/3/2018).
Samurai dari setiap daerah kekuasaan dikenali dari warna dan pola ‘seragam’ mereka yang terdiri dari tiga bagian: sebuah kimono, pakaian tanpa lengan (kamishimo) yang dikenakan di atas kimono, dan hakama yang merupakan rok seperti celana.

Dengan banyaknya samurai yang harus diproduksi, keahlian para pembuat kimono menjadi semakin baik. Kimono berkembang menjadi sebuah bentuk seni.

Kimono juga menjadi salah satu barang berharga. Para orangtua memberikan pakaian tersebut kepada anaknya sebagai warisan keluarga. 

Di masa Meiji (1868-1912), Jepang sangat dipengaruhi oleh budaya asing. Pejabat pemerintah dan personil militer diwajibkan undang-undang untuk mengenakan pakaian Barat demi kepentingan resmi.

Sementara, untuk warga biasa, mengenakan kimono di acara formal harus dihias terlebih dahulu sesuai dengan gambaran latar belakang keluarganya.

Di zaman sekarang ini, jarang yang memakai kimono untuk kegiatan sehari-hari. Orang Jepang lebih sering mengenakan kimono untuk acara khusus seperti pernikahan, pemakaman, upacara minum teh, atau festival musim panas. (Gita Laras Widyaningrum/Sumber: web-japan.org).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com