Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Pramoedya Ananta Toer Lewat Pameran Catatan dan Arsip

Kompas.com - 23/04/2018, 15:25 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aura Pramoedya Ananta Toer seperti hadir dalam pameran
"Namaku Pram: Catatan dan Arsip" di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta. Tak jarang rasa haru, sedih dan senyum simpul muncul begitu melihat koleksi pameran "Namaku Pram: Catatan dan Arsip".

Di sana, Pram hadir lewat koleksi arsip asli seperti karya Ensiklopedia Citrawi Indonesia yang belum selesai, kliping naskah, foto-foto, dan barang-barang keseharian miliknya.

Begitu masuk dalam ruang pameran, ada infografis perjalanan hidupnya yang tertera di dinding. Ada pula kutipan-kutipan dari Pram.

"Jangan berlagak tidak mengerti, kalian cukup mengerti apa yang harus kalian lakukan. Lakukanlah yang terbaik untuk Indonesia dan untuk kalian sendiri," begitu kutipan Pramoedya.

Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Di bagian tengah, ada koleksi-koleksi arsip karya Pram yang tersimpan dalam meja kaca. Ada koleksi buku-buku Pram yang berjudul Hoa Kiau, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Keluarga Gerilja, Perburuan, dan buku-buku lain.

Koleksi kliping berita juga ikut ditampilkan. Dari pameran tersebut, terlihat Pram seorang dokumentalis yang handal dalam kliping artikel-artikel berita.

Ada pula tulisan tangan Pram di kertas semen. Di meja kaca lainnya, ada naskah arsip Ensiklopedia Geografi Indonesia dan Ensiklopedi Citrawi Indonesia milik Pram yang belum selesai.

Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar. Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
"Kertas semen itu bekas dari pembangunan di Pulau Buru. Itu semen-semen dari Filipina. Pram menulis di kertas semen itu," kata kurator pameran, Engel Tanzil saat Exhibition Tour Pameran "Namaku Pram: Catatan dan Arsip", Sabtu (21/4/2018).

Kehadiran Pram juga hadir lewat koleksi tas yang dipakai oleh Pram ketika pergi dari Pulau Buru. Ada juga pakaian sehari-hari milik Pram.

Berjalan dan melihat di pameran tersebut terasa masuk ke lorong waktu. Ya, serasa merasakan hidup Pram ketika jauh dari keluarga dan menjadi tahanan politik pada masa Orde Baru.

Pengunjung berada di Ruang Catatan dan Arsip melihat koleksi Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengunjung berada di Ruang Catatan dan Arsip melihat koleksi Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Membaca informasi perjalanan hidupnya, pun demikian. Kegundahan, kecemasan, dan ketakutan Pram bisa terlihat.

Namun, romantisme kehidupan Pram pun muncul dalam pameran ini. Arsip surat menyurat milik keluarga Pram dihadirkan.

Ada surat dari Ananda Rita Ananta Toer, Ariana Ananta Toer, Tatiana Ananta Toer, Yudistira Ananta Toer. Yang unik adalah satu-satunya surat Pram ketika berada di masa tahanan di Pulau Buru kepada anak laki-lakinya, Yudistira.

Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Pameran ini sebenarnya dibagi ke dalam sembilan titik yaitu Dinding Perjalanan Hidup, Ruang Catatan dan Arsip, Ruang Video, Dinding Memorabilia, Kamar Kerja Pram, Sketsa Bakar Sampah, Wajah Buku, Taman Kata-Kata, dan Renungan Buku.

Di ruang pameran yang terpisah, ”Tembok Memorabilia” memperlihatkan antara lain lukisan ”Nyai Ontosoroh”oleh Galam, 2002. Lukisan ”Solilouy” oleh Enrico Soekarno, 2002, serta gambar Pram dari masa ke masa oleh Enrico Soekarno.

Bagian kelima, ”Ruang Kerja”. Sebuah ruang yang ditata untuk mencoba memberikan gambaran situasi kamar atau ruang kerja Pram di rumahnya. Di sana ada tiga mesin ketik, meja, kursi, rokok, asbak, geretan, sarung yang disukai Pram, celana dan kemeja favorit Pram.

Kurator Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip, Engel Tanzil menjelaskan karya di bagian Dinding Memorabiloa di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Kurator Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip, Engel Tanzil menjelaskan karya di bagian Dinding Memorabiloa di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Ada pula piagam Hadiah Budaya Asia Fukuoka (Fukuoka Cultural Grand Prize), 2000. Lalu, UNESCO Madanjeet Singh Prize, Perancis, 1996.

Di bagian lainnya, ada koleksi buku-buku Pramoedya dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Yang juga menarik adalah Taman Kata-Kata, sebuah kutipan-kutipan Pramoedya Ananta Toer dari berbagai karyanya.

"Sebagai pengarang saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik...". Demikian kutipan di Taman Kata-Kata itu.

Ilustrasi ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Ilustrasi ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Mencoba menghadirkan sosok Pram

Engel Tanzil, kurator pameran "Namaku Pram: Catatan dan Arsip" sekaligus pendiri Dia.Lo.Gue mengatakan pameran ini mencoba menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer.

Pameran ini, lanjutnya, juga merupakan kelanjutan dari pementasan teater Bunga Penutup Abad produksi Titimangsa Foundation.

"Saya ingin buat pameran seperti bikin film ya. Kamu bisa mendalami karakter seorang pram, meriset, membaca tulisannya dia, mendengarkan interview dia, cara dia ngomong, bicara.  Dalam pameran ini saya ingin seperti sutradara film. Pram itu bukan dimuseumkan, tapi dihidupkan dalam pameran ini," katanya.

Ilustrasi ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Ilustrasi ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.

Sebanyak 70-80 persen koleksi yang dipamerkan merupakan milik keluarga Pramoedya Ananta Toer. Ia mempersiapkan pameran ini selama empat bulan.

"Saya hampir setiap minggu datang ke rumah Pram di Bojong Gede, Bogor naik KRL. Saya ingin rasakan kenapa ia sampai memilih rumah di Bojong Gede. Tukang ojek di sana sampai sudah hapal sama saya," ujarnya.

Untuk pemilihan koleksi pameran, Engel mengaku dibantu oleh keluarga Pramoedya yaitu cucu-cucunya. Koleksi pameran ia harapkan dapat memunculkan sosok Pram untuk pengunjung terlebih anak-anak muda.

Pengunjung memotret di ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengunjung memotret di ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dalam pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
"Pameran ini kecil tapi saya ingin bermakna, bukan buat kita tapi buat keluarga. Saya ingin  memberitahu ke generasi muda kalau menulis itu susah. Saya ingin anak muda menyukai sejarah," tutur Engel.

Dalam pameran ini, Engel juga ingin menghadirkan Pramoedya sebagai manusia seutuhnya. Ia ingin masyarakat tahu tentang kegagalan, kesediahan, ketakutan, harapan, kegundahan Pramoedya semasa hidup.

"Lalu juga perjuangan dua wanita dalam hidupnya yaitu Astuti Ananta Toer dan Maemunah. Saya ingin masyarakat punya persepsi dua wanita itu. Astuti seperti ayah dan Maemunah seperti ibunya," ujarnya.

Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar. Pengunjung mengikuti Exhibition Tour Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Pram lahir di Blora, Jawa Tengah, pada tahun 1925. Saat kecil hingga remaja, Pram tinggal di rumah orangtuanya di Jalan Sumbawa Nomor 40 Blora.

Pram meninggal di Jakarta, 30 April 2006. Selama tujuh dekade masa hidupnya dipakai untuk menulis lebih dari 50 buku.

Karya tulis Pram, terutama novel dan cerpen, telah diterjemahkan ke 45 bahasa termasuk di antaranya Bahasa Spanyol pedalaman dan Bahasa Urdu.

Pramoedya Ananta Toer merupakan satu-satunya penulis Indonesia yang berkali-kali menjadi kandidat peraih Nobel Sastra.

Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer dipamerkan dalam Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer dipamerkan dalam Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Pramoedya Ananta Toer dan karya-karyanya lebih dari sekedar hadiah Nobel atau sejumlah penghargaan lainnya yang ia terima dari dunia internasional.

Karya-karya Pramoedya tak pernah berhenti menjadi inspirasi banyak orang demi memaknai sejarah perjuangan kemanusiaan di tengah berbagai penindasan.

Beberapa yang menjadi sorotan dunia yaitu lewat empat novelnya yang terpenting yang ditulisnya semasa menjalani tahanan di Pulau Buru. Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, merupakan empat novel yang dikenal dengan tetralogi Pulau Buru.

Koleksi buku Pramoedya Ananta Toer yang dipamerkan dalam Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Koleksi buku Pramoedya Ananta Toer yang dipamerkan dalam Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Tak boleh difoto

Pengunjung yang hadir tak diperkenankan untuk memotret koleksi pameran secara detail. Peraturan tersebut berlaku untuk bagian Dinding Perjalanan Hidup, Ruang Catatan dan Arsip, Ruang Video.

Pengunjung hanya boleh memotret suasana pameran. Hal itu menurut Engel, untuk menghormati keluarga Pramoedya Ananta Toer.

Pengunjung bisa berfoto di area Dinding Memorabilia dan Ruang Kerja Pram. Yang tak kalah menarik yaitu di Taman Kata-Kata.

Pengunjung berfoto di bagian Taman Kata-Kata Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengunjung berfoto di bagian Taman Kata-Kata Pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta, Sabtu (21/4/2018). Pameran tersebut berusaha menghadirkan sosok Pramoedya Ananta Toer lewat lembar-lembar ensiklopedi yang belim sempat jadi, foto-foto pudar dan berpuluh lembar surat, barang-barang milik Pram, dan lukisan serta gambar.
Pengunjung bisa berfoto di sela-sela kutipan-kutipan Pramoedya Ananta Toer. Paduan warna hijau dari rumput dan putih hitam dari tulisan kutipan semakin menambah keintiman dalam pameran.

Pameran "Namaku Pram: Catatan dan Arsip" hadir di Dia.Lo.Gue mulai 17 April hingga 20 Mei. Pengunjung bisa datang pukul 09.30 - 18.00 WIB pada hari Senin hingga Kamis dan pukul 09.00 - 21.00 WIB pada hari Jumat hingga Minggu.

Engel mengatakan menyediakan jasa pemanduan pameran dengan janji terlebih dahulu. Pengunjung bisa mengajukan permohonan pemanduan pameran dengan cara menghubungi pihak Dia.Lo.Gue selambat-lambatnya lima hari sebelum kedatangan.

Pengunjung juga tak dipungut biaya untuk melihat pameran. Pastikan untuk mematuhi peraturan yang diberlakukan oleh penyelenggara pameran.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Namaku Pram: Catatan dan Arsip", Mengenal Lebih Dalam Pramoedya Ananta Toer", https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/17/203809510/namaku-pram-catatan-dan-arsip-mengenal-lebih-dalam-pramoedya-ananta.
Penulis : Irfan Maullana
Editor : Irfan Maullana

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Namaku Pram: Catatan dan Arsip", Mengenal Lebih Dalam Pramoedya Ananta Toer", https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/17/203809510/namaku-pram-catatan-dan-arsip-mengenal-lebih-dalam-pramoedya-ananta.
Penulis : Irfan Maullana
Editor : Irfan Maullana

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Namaku Pram: Catatan dan Arsip", Mengenal Lebih Dalam Pramoedya Ananta Toer", https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/17/203809510/namaku-pram-catatan-dan-arsip-mengenal-lebih-dalam-pramoedya-ananta.
Penulis : Irfan Maullana
Editor : Irfan Maullana

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Namaku Pram: Catatan dan Arsip", Mengenal Lebih Dalam Pramoedya Ananta Toer", https://entertainment.kompas.com/read/2018/04/17/203809510/namaku-pram-catatan-dan-arsip-mengenal-lebih-dalam-pramoedya-ananta.
Penulis : Irfan Maullana
Editor : Irfan Maullana

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com