Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penari-penari Cantik "Serdadu Belanda" Memukau Warga Kulon Progo

Kompas.com - 14/05/2018, 07:18 WIB
Dani Julius Zebua,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com - Puluhan perempuan penari dengan dandanan unik menarik orang untuk datang dan menonton di alun-alun Kota Wates, Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Mereka mengenakan kostum seperti serdadu zaman kolonial. Hanya saja, pakaian mereka itu berkerah shanghai, lengan panjang, dan celana pendek, yang semuanya serba berwarna hitam.

Terdapat hias bordir emas dengan semacam payet-payet di baju membentuk beragam pola pada baju hingga lengan, begitu pula rumbai-rumbai di tiap bahu hingga dada.

Tiap penari dilengkapi dengan sampur atau selendang yang menjuntai ke kiri dan ke kanan, topi pet warna hitam dengan ekor kuda di samping kiri kanan. Masing-masing penari memakai kaus kaki warna merah atau kuning.

Mereka semakin menarik saja lantaran tiap penari berdandan sangat cantik, wajah dipulas dengan kosmetik, dan memakai pewangi.

"Dandannya saja bisa 30 menit, tapi kalau komplet (hingga seluruh kostum) semuanya bisa sampai 1 jam. Biar tampak semakin menarik," kata Alfisya, 15 tahun, seorang pelajar sekolah menengah pertama di Kecamatan Temon, Sabtu (12/5/2018).

Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini. KOMPAS.com/DANI J Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini.
Sabtu (12/5/2018) malam, sekitar 60 penari dari 3 sanggar yakni Sri Panglaras, Sinar Bakti, dan Sekar Argo Budhoyo menari Kesenian Angguk secara massal di sebuah perhelatan Menoreh Night Specta (MNS) 2018. Gelaran ini bagian dari kalender tahunan yang digelar Dinas Pariwisata DIY.

Seribuan orang sudah menunggu sejak selepas petang, demi menonton Angguk ini. Pertunjukan sendiri berlangsung mulai pukul 19.00.

Puluhan penari Angguk rupanya tidak mengecewakan. Goyang pinggul, ''kirid" atau goyang bahu  yang membuat rumbai-rumbai dibahu dan fomasi menari mereka memukau penonton.

Salah satunya itu Alfisya, siswi kelas 3 ini, yang berada di antara para penari Angguk. Keluwesan menari Alfisya sampai mencuri perhatian beberapa penonton.

"Semuanya bagus. Tapi auranya yang itu (Alfisya) sangat bagus karena dia menarinya paling semangat," kata Tedi Mulyo, salah seorang penonton.

Angguk khas Kulon Progo. Kesenian ini berkembang sejak zaman kolonial, namun dulunya lebih banyak ditarikan para pria. Pertengahan tahun 1991, perempuan penari Angguk muncul. Kesenian ini mendapat banyak dukungan dan makin digemari warga.

Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini. KOMPAS.com/Dani J Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini.
Tidak sedikit perempuan penari Angguk di masa lalu sampai menjadi idola warga.

"Pentas di desa-desa itu ada saja yang suka. Cantik relatif. Mereka suka karena endangnya (aura menarinya) itu, kharisma penari," kata Sri Mulyanti, pengasuh Sri Panglaras, mengenang tentang betapa melekatnya Angguk di hati warga ketika itu.

Dalam perjalanan waktu, penari-penari Angguk tetap menuai pujian warga Kulon Progo. Alfisya mengatakan, ia memantau banyak dukungan pecinta kesenian ini melalui media sosial miliknya. Tidak sedikit followers-nya menulis pesan dan komentar.

Pelajar belia ini merasa ini menunjukkan Angguk dan para penarinya terus digandrungi warga. "Sering sekali ada yang nanya kapan tampil, baik di IG bahkan WA," kata Alsyifa.

Sejarah Angguk

Berdasarkan buku yang berjudul "Kesenian Unggulan Kulon Progo" yang diterbitkan Dinas Kebudayan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kulon Progo pada tahun 2015, Angguk diyakini lebih dulu hidup dan berkembang di masyarakat pedesaan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sejak zaman kolonial Belanda.

Wilayah Kulon Progo yang berbatasan dengan Purworejo mendapat imbas masuknya kesenian ini, seperti di Kecamatan Temon, Kokap, hingga Girimulyo.

Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini. KOMPAS.com/DANI J Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini.
Dulunya, warga mengucap syukur atas panen melimpah melalui kesenian dan diiringi syair dan shalawat. Berkembanglah dari waktu ke waktu dalam iringan musik dan syairnya, namun masih kental suasana agamis di dalamnya. Bahkan dibikin pula kostum bagi penarinya.

Dalam perkembangan awal, kesenian ini diikuti para pria penari. Di setiap pementasan, tari ini diiringi penyanyi, bedug, kendang biasa, rebana, saron, hingga tamborin. Penari menggunakan celana pendek, baju seperti kolonial, dan topi pet bulat.

Rata-rata terdapat 16 penari di tiap pementasan itu.

Tim tari juga dilengkapi seseorang sesepuh yang bertugas melaksanakan ritual pentas dan nyuwuk atau mengembalikan kesadaran penari yang mengalami trance atau kerasukan, kemudian ada penyanyi, dan belasan pemain musik. Semua itu berlangsung sampai 1990.

Memasuki 1991, Angguk berubah wajah. Seorang pelatih tari asal Purworejo mengemas Angguk dibawakan para penari perempuan. Mereka pentas di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap pada sebuah HUT RI.

Penari perempuan pun populer sejak itu dan menggerus penari pria. Penonton semakin banyak dan suka pada pentas perempuan penari ini. Bahkan, banyak di antara penari menjadi idola warga, sampai-sampai mereka tidak pulang kalau belum melihat sang idola menari.

Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini. KOMPAS.com/DANI J Kesenian Angguk dari Kulon Progo sudah merasuk hingga sekolah-sekolah. Seperti tari Angguk kolosal di Menoreh Night Specta 208 ini, rata-rata penarinya pelajar setingkat SMP hingga SMA. Warga Kulon Progo cukup bangga dengan tari khas daerah mereka ini.
Angguk semakin digandrungi dan menyebar ke berbagai kecamatan di Kulon Progo. Perkembangan dari waktu ke waktu juga sampai soal musik yang mengiringi.

Kalau semula beduk, rebana, hingga kecrek, kini ditambah alat musik organ dan drum. Semua demi menghasilkan musik yang lebih variatif dan lebih disukai penonton.

Kini, kesenian Angguk berkembang di semua kecamatan. Pemerintah pun menjadikan kesenian ini sebagai unggulan Kulon Progo.

Kepala Dinas Pariwisata DIY, Aris Riyanto mengatakan, MNS bertujuan mengangkat seni budaya Kulon Progo agar nantinya bisa terus menarik wisatawan. Dispar DIY menggelar MNS ini rutin tiap tahun sejak tiga tahun lalu.

"Kulon Progo ini spesial karena semakin bagus mengembangkan daerahnya," kata Aris.

"Sebagai bagian dari wilayah yang bersangkutan, Angguk ditonjolkan karena ikon Kulon Progo," sambung Aris.

Senam Angguk juga sering dilombakan dalam berbagai kejuaraan di tingkat daerah. Seperti halnya saat Dies Natalis ke-50 IKIP PGRI di Wates, Kulon Progo, Yogyakarta ini.KOMPAS.com/Dani J Senam Angguk juga sering dilombakan dalam berbagai kejuaraan di tingkat daerah. Seperti halnya saat Dies Natalis ke-50 IKIP PGRI di Wates, Kulon Progo, Yogyakarta ini.
Sekadar diketahui, Kulon Progo tidak hanya Angguk. Kabupaten ini cukup kaya akan budaya khas, bahkan di masing-masing kecamatan.

Seperti jathilan di Wates, incling di Temon, keroncong di Panjatan, reog di Galur, oglek di Sentolo, hadrah atau shalawat di Lendah, lengger tapeng di Samigaluh, wayang tapeng di Girimulyo.

Kemudian ada panjidor di Nanggulan, krumpyung di Kokap, ketoprak di Pengasih, dan jabur di Kalibawang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com