Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Penting Formasi Pendakian Gunung agar Tetap Aman

Kompas.com - 19/05/2018, 10:00 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Mendaki gunung dengan teman atau rombongan menghadirkan keseruan tersendiri bagi pelakunya.

Namun, ternyata ada kiat khusus bagaimana urutan barisan saat pendakian agar meminimalisir kecelakaan, tersesat, bahkan korban jiwa.

Akhir-akhir ini beberapa kasus kecelakaan di gunung disebabkan karena rombongan yang meninggalkan korban untuk demi mengejar puncak, korban pun tertinggal atau ditinggal dalam keadaan mengenaskan.

Anggota Senior Mountainering Wanadri, Djukardi ‘Bongkeng’ Adriana mengatakan pada KompasTravel, bagi pendaki pemula tidak akan terpikir sampai ke teknis pendakian yang aman dan nyaman, hanya agar sampai puncak.

“Pemula itu karakternya tidak tahu harus bagaimana untuk melakukan pendakian yang aman dan nyaman, kemungkinan-kemungkinan terburuk di lapangan, tidak sejauh itu dia berpikir,” terangnya saat dihubungi KompasTravel, Selasa (16/5/2018).

Suasana pendaki yang beristirahat di pos satu pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Suasana pendaki yang beristirahat di pos satu pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).
Ia pun membeberkan kiat-kiat yang kerap digunakannya bersama rekan-rekan saat melakukan pendakian. Mulai dari jumlah pendaki yang harus ganjil.

“Karena saat kepepet untuk memutuskan sesuatu urgent di alam, jalan terakhirnya bisa dari suara terbanyak, itu harus ganjil,” kata pria yang kerap disapa kang Bongkeng di dunia pendakian.

Selain itu fomasi rombongan saat mendaki juga penting. Ia merekomendasikan ada tiga lapis formasi dalam satu barisan.

Pendaki posisi paling depan disebut rider. Ia harus cukup profesional dalam hal jalur dan navigasi. Tugasnya memastikan jalur yang akan dilewati dan meminimalisir tersesatnya rombongan.

“Rider ini harus cukup profesional di jalur itu,kalau bisa yang sudah pernah naik di gunung itu,” kata pria ‘kepala lima’ yang kini sibuk meriset peralatan pendakian gunung salah satu brand ternama.

Suasana pendaki yang beristirahat di pos tiga pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Suasana pendaki yang beristirahat di pos tiga pendakian Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (7/4/2018).
Sedangkan lapisan paling belakang juga diisi orang yang profesional dalam pendakian gunung, dari kalangan tua yang cukup bijak, karena bertugas menjaga rombongan agar tak ada yang tertinggal.

“Untuk yang pengalaman mendakinya cukup tinggi ditaruh di paling belakang, julukannya ya sapu bersih,” terang kang Bongkeng.

Sedangkan posisi tengah diisi oleh para pemula, baik wanita maupun perempuan. Ada juga pendaki yang menerapkan formasi selang-seling antara yang berpengalaman dan pemula di posisi tengah ini.

Menurut Djukardi, itu sah-sah saja, karena memang tidak ada aturan bakunya, hanya dari pengalaman pendakian.

”Kalau yang di tengahnya bebas aja, buat yang pemula tapi posisinya bebas, mau selang seling atau gimana,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com