Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambisari, Candi di Bawah Permukaan Tanah Yogyakarta

Kompas.com - 21/12/2018, 14:14 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

SLEMAN, KOMPAS.com – Candi menjadi destinasi wisata andalan di Yogyakarta dan sekitarnya. Wisatawan biasanya mengunjungi candi-candi ketika berkunjung ke Jogja seperti Prambanan, Borobudur, atau Ratu Boko.

Namun selain ketiga candi tersebut, Yogyakarta masih memiliki candi-candi lain peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang pernah berjaya sekitar abad ke-8 masehi. Salah satu peninggalan adalah Candi Sambisari.

Baca juga: Candi Barong, Kemegahan di Tengah Perbukitan Prambanan, Yogyakarta

Letak Candi Sambisari ada di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari Kota Jogja dengan jarak sekitar 12 kilometer dan waktu tempuh kurang-lebih setengah jam.

Rute termudah adalah melalui jalan utama Solo-Yogyakarta. Nantinya sekitar 500 meter sebelah timur pertigaan Bandara Adi Sutjipto, perjalanan berlanjut ke arah utara di Jalan Sambisari.

Selanjutnya cukup ikuti jalan itu dan nantinya perjalanan akan sampai di Candi Sambisari. Meski jalannya tidak terlalu luas, berbagai kendaraan seperti sepeda motor sampai bus besar bisa menjangkau Candi Sambisari.

Pesona candi di bawah tanah

Dari area parkir yang hanya berjarak beberapa meter, Candi Sambisari tidak terlihat. Itu dikarenakan bangunan candi ini berada sekitar 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Inilah yang menjadi keunikan candi ini.

Ketika ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani, Candi Sambisari masih terkubur di dalam tanah. Kemungkinan besar terkuburnya bangunan candi ini disebabkan oleh letusan besar Gunung Merapi pada awal abad ke-11.

Baca juga: Candi Borobudur Tambah Cantik dengan Hiasan Topeng Warna-warni

Letusan itulah yang kemungkinan besar menyebabkan Kerajaan Mataran Kuno berpindah ke Jawa Timur. Usai ditemukan, Candi Sambisari dipugar pada 1986 oleh Dinas Purbakala. Nama dusun tempat ditemukannya kemudian disematkan ke candi ini.

Kini bangunan candi ada di bawah cekungan yang dikelilingi oleh taman hijau dengan pintu masuk dari keempat penjuru mata angin. Di sisi utara, tanaman yang dipangkas membentuk tulisan Candi Sambisari semakin mempercantik panorama.

Candi Sambisari yang berada di bawah permukaan tanah.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Candi Sambisari yang berada di bawah permukaan tanah.

Wisatawan seolah tak sabar untuk berfoto begitu disuguhi pemandangan candi yang dikelilingi oleh taman itu. Sebelum turun ke candi, banyak pengunjung yang berfoto terlebih dahulu.

Dari ujung tangga turun, tampak satu bangunan candi utama yang paling besar dengan tiga candi perwara pendamping di depannya. Saat ini bangunan yang masih utuh adalah candi utama. Sementara candi pendamping sudah tak lagi utuh.

Baca juga: Langkah Antisipatif Candi Borobudur Terhadap Erupsi Gunung Merapi

Ketika cuaca cerah, maka kombinasi warna di Candi Sambisari akan begitu indah. Taman hijau di sekeliling candi akan begitu serasi dengan birunya langit dan awan putih yang bergerak perlahan.

Waktu terbaik untuk datang ke sini adalah di pagi atau sore hari. Jika datang saat tengah hari, maka panasnya matahari siang akan begitu terasa. Ketika sore hari, Candi Sambisari hampir selalu didatangi banyak wisatawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com