Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2019, 21:18 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

SELAYAR, KOMPAS.com – Berwisata kini menjadi tren bagi semua kalangan tak terkecuali generasi millenial. Efek dari pariwisata seperti sampah dan kerusakan alam tak dipungkiri bisa dengan mudah ditemukan di obyek-obyek wisata berbasis konservasi seperti gunung dan laut di Indonesia.

Data yang dihimpun KompasTravel, sampah banyak ditemukan di taman nasional dengan berat yang bervarisasi setelah dikumpulkan. Seperti di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, setengah ton sampah diturunkan saat kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional 2019. 

Kepala Taman Nasional Takabonerate, Faat Rudianto mengatakan generasi millenial disebut menjadi agen perubahan dalam upaya koservasi sumber daya alam dan hayati. Ia mengimbau kepada generasi millenial bisa memberikan contoh kepada masyarakat sekitar untuk menjaga lingkungan

“Kalau untuk berwisata sendiri, untuk generasi jaman now paling tidak mereka minimal berkegiatan tidak merusak atau tidak mengambil sumber daya alam, obyek daya tarik wisata itu sendiri. paling tidak mereka bisa mengurangi sampah dan membawa barang yang berpotensi menjadi sampah,” kepada KompasTravel di sela-sela acara Kemah Konservasi 2019 di Pulau Tinabo, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/5).

Best Talent Duta Wisata Sulawesi Selatan 2018, Meisti Lestari Muchtar berfoto di Pantai Tinabo, Taman Nasional Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). Pulau Tinabo merupakan salah satu obyek wisata yang diminati wisatawan saat berkunjung di Taman Nasional Taka Bonerate.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Best Talent Duta Wisata Sulawesi Selatan 2018, Meisti Lestari Muchtar berfoto di Pantai Tinabo, Taman Nasional Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). Pulau Tinabo merupakan salah satu obyek wisata yang diminati wisatawan saat berkunjung di Taman Nasional Taka Bonerate.
Faat mengatakan generasi millenial bisa memulai berwisata dengan ramah lingkungan. Contoh nyata yang bisa dilakukan seperti tak membawa bahan makanan yang berlebih dan yang berpotensi menghasilkan sampah.

“Atau jika mereka membawa barang yang berpotensi menghasilkan sampah, harus dibawa pulang lagi. Mereka bisa membawa tumblerr, tempat makan sendiri, bawa sampah sendiri, sedotan yang non plastik,” tambahnya.

Selain itu, Faat mengajak generasi millenial untuk tak mengambil sumber daya alam apa pun bentuknya di area konservasi. Ia juga mengimbau untuk tidak melakukan vandalism seperti corat-coret di obyek tertentu saat berada di dalam area wisata berbasis konservasi.

“Obyek sumber daya alam itu akan kehilangan fungsi, keindahannya akibat ulah pengunjung yang tak bisa tertib,” tambahnya.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Taka Bonerate, Saleh Rahman sedang menjelaskan proses transplantasi karang kepada peserta Kemah Konservasi 2019 di Pulau Tinabo, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). Kemah Konservasi merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Nasional Takabonerate yang diikuti oleh berbagai pihak seperti perwakilan sekolah di beberapa pulau di kawasan Takabonerate, perwakilan taman nasional, pramuka, dan pihak -pihak lain.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Taka Bonerate, Saleh Rahman sedang menjelaskan proses transplantasi karang kepada peserta Kemah Konservasi 2019 di Pulau Tinabo, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). Kemah Konservasi merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Nasional Takabonerate yang diikuti oleh berbagai pihak seperti perwakilan sekolah di beberapa pulau di kawasan Takabonerate, perwakilan taman nasional, pramuka, dan pihak -pihak lain.
Pengajar di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin sekaligus pengamat konservasi, Ngakan Putu Oka menambahkan wisatawan tak terkecuali generasi millenial harus mengerti daya dukung (caring capacity) di area wisata berbasis konservasi.

Obyek wisata berbasis konservasi seperti Taman Wisata Alam (TWA) dan Taman Nasional (TN) seperti diketahui memiliki pembatasan waktu untuk berkunjung.

“Ada beberapa pertimbangan (pembatasan waktu berkunjung) yaitu memberikan kesempatan kepada alam untuk pulih. misalnya taman buru  ada hewan yang hamil. Di daerah-daerah pendakian, (tutup saat) musim hujan. Jalur pendakian (bisa) hancur,” ujar Oka kepada KompasTravel di kesempatan yang sama.

Kemah Konservasi TN Taka Bonerate kembali digelar pada 30 April - 1 Mei 2019 di dua tempat yakni Pulau Tinabo dan Pulau Latondu kawasan TN Taka Bonerate. Kegiatan dipusatkan di P. Tinabo sebagai lokasi perkemahan.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Kemah Konservasi tahun ini mengangkat tema Bangkitkan Jiwa Konservasi Generasi Jaman Now.
 
Peserta Kemah Konservasi 2019 melepas tukik di area Bungin Tinabo, Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Nasional Takabonerate yang diikuti oleh berbagai pihak seperti perwakilan sekolah di beberapa pulau di kawasan Takabonerate, perwakilan taman nasional, pramuka, dan pihak -pihak lain.

KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Peserta Kemah Konservasi 2019 melepas tukik di area Bungin Tinabo, Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan, Rabu (1/5/2019). merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Taman Nasional Takabonerate yang diikuti oleh berbagai pihak seperti perwakilan sekolah di beberapa pulau di kawasan Takabonerate, perwakilan taman nasional, pramuka, dan pihak -pihak lain.
Perkemahan diikuti Saka Wana Bakti Selayar, Masyarakat Mitra Polhut, Kelompok Model Desa Konservasi, karang taruna, Himpunan Pramuwisata Indonesia Cab.Selayar, Mitra WCS-IP, komunitas selam Sileya Scuba Divers, SMA I Benteng, masyarakat binaan TN Bantimurung Bulusaraung dan Balai Besar KSDA Sulsel, pelajar dalam kawasan TNTBR, Kompas.com, fotografer, blogger, dll.
 
Kegiatan ini juga dihadiri Afni Zulkifli (Tenaga Ahli Menteri LHK Bid. Komunikasi Digital dan Media Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Prof. Ngakan Putu Oka (Dosen Fakultas Kehutanan Unhas), Julianti Siregar (Kasubdit Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam), Datu (Pengelola Kampung Penyu), Bu Novie (Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Kodim 1415 Selayar).
 
Selain berbagi pengetahuan tentang lingkungan, sharing tentang konservasi, ekowisata, jurnalistik dan fotografi, peranan media sosial dalam konservasi, pemilihan Duta Karang 2019, penanaman cemara laut, pelepasan tukik di Bungin Tinabo, transplantasi karang, penampilan seni budaya, jelajah Pulau Latondu, serta kegiatan snorkeling sambil bersih-bersih dan pengenalan singkat tentang dunia selam.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

4 Aktivitas di Pameran Jalur Rempah, Lihat Pameran dan Konser

4 Aktivitas di Pameran Jalur Rempah, Lihat Pameran dan Konser

Jalan Jalan
5 Hotel Dekat Bundaran HI untuk Malam Tahun Baruan, Bisa Jalan Kaki

5 Hotel Dekat Bundaran HI untuk Malam Tahun Baruan, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
5 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Bali pada Oktober 2023

5 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Bali pada Oktober 2023

Travel Update
Antisipasi Lonjakan Saat Libur Nataru, Surabaya Perbanyak Petugas dan Terapkan Kapasitas

Antisipasi Lonjakan Saat Libur Nataru, Surabaya Perbanyak Petugas dan Terapkan Kapasitas

Travel Update
Pameran Jalur Rempah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket

Pameran Jalur Rempah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket

Travel Update
10 Tempat Wisata Viral Sepanjang 2023, Curug hingga Jembatan Kaca

10 Tempat Wisata Viral Sepanjang 2023, Curug hingga Jembatan Kaca

Travel Update
15 Wisata Puncak yang Hits buat Liburan Tahun Baru 2024

15 Wisata Puncak yang Hits buat Liburan Tahun Baru 2024

Jalan Jalan
Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Travel Update
Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Travel Tips
Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Hotel Story
Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Travel Update
Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Travel Update
6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

Jalan Jalan
Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Travel Update
Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com