Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh-oleh dari Bali, Nampan dari Kulit Kerang

Kompas.com - 19/09/2019, 11:02 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

 

DENPASAR, KOMPAS.com - Satu per satu kulit kerang berwarna putih dan biru tersebut ditempelkan ke kayu triplek berbentuk oval.

Kerang dengan ukuran sama rata digabungkan dan ditempel ke semua permukaan triplek. Kemudian kerang yang sudah tertempel tersebut dilapisi dengan lem resin sehingga tampak lebih halus.

Baca juga: Mampir ke Pusat Oleh-oleh Bali The Keranjang

Hal di atas dilakukan Muhamad Syafiudin bersama istrinya di kediamannya Jalan By Pass Ngurah Rai, Desa Suwung Gang Wijaya 3, Denpasar, Bali, Minggu (15/9/2019).

Syaifufin mengatakan saat itu sedang mengerjakan pesanan dari pelanggannya untuk membuat 300 nampan dengan bahan dari kerang. Nampan tersebut berukuran 12 kali 6 centimeter.

"Ini kerajinan dari kerang buat nampan. Bahannya dari kerang Biru dan kapes yang ditempelkan ke triplek bentuk oval. Kemudian kerang ditempel dan dilem," katanya.

Untuk bahan kerangnya ia mengaku mendatangkannya dari Tangerang, Banten. Untuk kerang berwarna putih dibeli seharga Rp 6.000 dan kerang warna biru Rp 10.000.

Ia bercerita sudah menekuni kehidupan sebagai pengrajin di Bali sejak 2007 silam. Pria asal Sumenep, Madura ini belajar membuat kerjainan berbahan kerang dari kakaknya. Hingga kini, ia sudah mahir dan membuka usahanya sendiri.

"Sudah sejak 2007 di sini. Langsung bikin ginian (kerajinan kerang). Mulai belajar di sini dari bujang dan belajar dari kakak saya," ceritanya.

Ia mengatakan hasil kerajinannya masih dijual dengan cara konvensional. Artinya menjualnya secara langsung ke pengepul pasar-pasar seni yang ada di Bali. Misalnya, ke Pasar Kumbasari, Denpasar, Pasar Sukawati Gianyar, hingga daerah Ubud.

Pengrajin nampan dari kerang saat menunjukan hasil kerajinannya, Minggu (15/9/2019)KOMPAS.com/ IMAM ROSIDIN Pengrajin nampan dari kerang saat menunjukan hasil kerajinannya, Minggu (15/9/2019)

"Pokoknya ada pasar seni, kami datangi atau mengerjakan orderan tamu yang datang ke sini," katanya.

Hasil kerajinannya tersebut dijual dengan bervariasi harga. Paling murah Rp 45.000 dan paling mahal Rp 65.000. Ia mengaku tak berani menjual di atas harga tersebut. Pasalnya, kini makin banyak persaingan dan pengrajin yang membuat hal serupa.

Baca juga: Turis Jepang Terkenal Sopan, Ini Pengalaman Tour Guide di Bali

"Ada tiga tahunan terakhir persaingan usaha makin banyak," katanya.

Ia mengaku dalam 1,5 bulan bisa mengerjakan hingga 300 buah kerajinan. Ia mengaku sangat bersyukur dengan profesi yang dipilihnya ini.

Pendapatan yang dihasilkan cukup untuk biaya sehari-hari dan menyekolahkan buah hati. Saat ditanya berapa penghasilannya, dengan malu-malu Syaifudin menyebut angka Rp 10 juta tiap bulannya jika sedang ramai.

Baca juga: 10 Wisata Gratis Instagramable di Bali

"Ya, cukuplah, untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Sebenarnya, Syaifudin ingin menjual hasil kerajinannya secara online. Hanya saja ia masih ragu dan bingung bagaimana caranya. Padahal menurutnya jika dijual online pasar kerjainan buatannya semakin luas dan dikenal.

"Kalau online kadang-kadang ragu. Maksudnya kurang begitu tahu cara kerjanya. Jadinya saya masih jual secara langsung. Belum paham. Sebenarnya bisa saja lebih enak kayaknya. Tapi belum tahu gimana caranya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com