Pohon tersebut berada di lahan wisata seluas sembilan hektar. Sayangnya, pohon trembesi mudah rapuh dan patah. Oleh karena itu, pengelola selalu melakukan pemeliharaan secara berkala demi keamanan pengunjung.
Hadirnya wisata De Djawatan pun memberdayakan warga sekitar. Mereka bisa menjalin kerja sama dalam pengelolaan, seperti petugas parkir, makanan, dan ada dokar yang dimanfaatkan untuk melengkapi wahana yang ada.
Wajib patuhi protokol kesehatan
Saat ini, De Djawatan sudah dibuka setelah sempat tutup akibat pandemi Covid-19. Para wisatawan pun sudah berkunjung lagi.
“Pada hari biasa, mencapai 300 kunjungan, sedangkan di hari libur, yakni Sabtu dan Minggu, bisa mencapai 500 hingga 1.000 wisatawan," ujar Bagus.
Namun, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memberlakukan pembatasan pengunjung sampai 500 orang. Untuk mengatasi itu, wisata dibuka pukul 07.00 hingga 12.00 WIB. Kemudian pukul 13.00 sampai 17.00 WIB.
“Harapannya pengunjung yang datang awal sudah terurai, sehingga tidak ada penumpukan,” ujar dia.
Semua pengunjung wajib mengikutui protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Bila tidak, maka dilarang masuk.
Jika ada pengunjung melanggar, mereka akan langsung ditindak karena De Djawatan bekerja sama dengan Satgas Covid-19 dan puskesmas terdekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.