KOMPAS.com - Apakah kamu berencana merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI di Bandung? Jika iya, ada sejumlah tempat bersejarah di Bandung yang bisa dikunjungi saat 17 Agustus.
Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi saksi perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI. Banyak peristiwa heroik bersejarah yang terjadi di Bandung.
Baca juga:
Salah satunya adalah peristiwa penduduk Bandung membakar rumah mereka agar tidak menjadi markas bagi sekutu dan Belanda, yang terkenal sebagai Bandung Lautan Api.
Kompas.com merangkum tempat bersejarah di Bandung, sebagai berikut. Dengan mengunjungi tempat bersejarah tersebut, wisatawan bisa mengenang perjuangan para pahlawan dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Gedung Sate merupakan salah satu ikon wisata Kota Bandung. Gedung yang berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat ini, dibangun pada 1924 saat pemerintahan Belanda, seperti dikutip dari Bandung.go.id.
Pada bagian tengah, terdapat menara dengan atap bersusun atau disebut tumpang atau atap pagoda. Sedangkan bagian atasnya menjulang menyerupai tusukan sate, sehingga disebut Gedung Sate.
Mengutip Kompas.com (20/1/2020), terdapat ruangan museum di lantai dasar. Pengunjung bisa melihat berbagai macam koleksi seni seperti batu kali, batu gelas, permainan augmented reality (AR), dan baja Swedia yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.
Sesuai namanya, Museum Konferensi Asia Afrika dibangun untuk mengenang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika yang menginspirasi bangsa di Benua Asia dan Benua Afrika.
Pengunjung bisa menjumpai berbagai koleksi foto dan diorama dari konferensi internasional. Ikon dari Museum Konferensi Asia Afrika adalah tiang bendera berjajar di depan gedung yang mewakili anggota peserta konferensi.
Ada pula ruang pameran, diorama, dan ruang audio visual yang bisa dikunjungi wisatawan. Museum ini berada di Jalan Asia Afrika Nomor 65, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung.
Baca juga:
Gedung Indonesia Menggugat (GIM) merupakan saksi bisu tonggak perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Bangunan yang berdiri pada 1907 ini, awalnya bernama Gedung Pengadilan Negeri, seperti dikutip dari Tribun News Wiki.
Pada mulanya, Gedung Indonesia Menggugat adalah tempat tinggal warga Belanda. Pada 1917, bangunan ini dialihfungsikan menjadi landraad atau Pengadilan Pemerintahan Kolonial Belanda.
Pada 1930, para pejuang kemerdekaan antara lain Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromolejono, dan Sartono diadili di gedung ini. Kemudian, Soekarno mengajukan pembelaan atau pledoi dengan judul Indonesia Menggugat, yang kemudian digunakan sebagai nama gedung.
Gedung Merdeka pernah digunakan sebagai tempat KTT Asia Afrika. Kini, gedung tersebut berfungsi sebagai museum yang berisi koleksi berkaitan dengan KTT Asia Afrika, seperti dikutip dari Bandung.go.id.
Gedung Merdeka dibangun pada 1926, serta dirancang oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker yang merupakan guru besar Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini ITB).
Bangunan gedung yang berlokasi di Jalan Asia Afrika itu, kental dengan nuansa art deco. Gedung megah ini memiliki lantai marmer buatan Italia, lampu gantung dari kristal, dan sebagainya.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat memiliki desain bangunan yang unik, yakni berbentuk bambu runcing yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern.
Pembangunan monumen ini bertujuan untuk mengenang berbagai bentuk perjuangan warga Jawa Barat dari masa ke masa, seperti dikutip dari website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Pada bagian bawah bangunan monumen, pengunjung bisa menjumpai Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Lokasi monumen ini cukup strategis karena dekat dengan sejumlah ikon Bandung, seperti Gedung Sate, Lapangan Gasibu, Museum Geologi Bandung, dan Museum Pos.
Tepatnya di Jalan Dipati Ukur Nomor 48, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Masyarakat setempat juga mengenal monumen ini dengan nama Monpera atau Monju.
Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa bersejarah, Bandung Lautan Api, seperti dikutip dari website Bandung.go.id. Dalam peristiwa itu, rakyat Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota agar tidak dikuasai oleh tentara sekutu dan Belanda sebagai markas.
Monumen Bandung Lautan Api memiliki tinggi 45 meter, dan terdiri dari 9 bidang. Konstruksinya berbentuk tiga buah bambu yang menjadi penyulut kobaran api.
Monumen yang berada di area seluas 16 hektare ini berwarna kuning keemasan yang merupakan simbol kobaran api. Lokasi Monumen Bandung Lautan Api berada di Jalan BKR, Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung.
Baca juga:
Museum ini dibangun untuk mengenang perjuangan prajurit Siliwangi bersama rakyat Jawa Barat saat berperang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di wilayahnya.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi menawarkan berbagai koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah Bandung, khususnya di bidang militer.
Melansir dari website Direktori Pariwisata, pengunjung bisa melihat senjata yang digunakan pada saat perang melawan penjajah.
Kemudian, ada kendaraan lapis baja, meriam, bom hingga senjata tradisional seperti keris, tombak dan panah. Selain itu, masih ada koleksi berupa lukisan dan foto tentang pertempuran Bandung Lautan Api dan kerja paksa romusha.
Museum yang dibangun pada 1974 ini, mulanya bernama Museum Negeri Provisi Jawa Barat, seperti dikutip dari website Bandung.go.id.
Pada 1990, bangunan ini kemudian berganti nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Adapun Sri Baduga merupakan nama seorang raja di Jawa Barat.
Koleksi museum ini berupa benda bersejarah, seperti naskah kuno, lukisan Prabu Siliwangi, kapak sepatu, dan sebagainya. Museum ini berada di Jalan BKR Nomor 185, Pelindung Hewan, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.