Dikutip dari tulisan Rhenald Kasali dalam Harian Kompas, Myra menuturkan, masih ada faktor lain yang memengaruhi keunggulan pariwisata sejumlah negara di ASEAN.
Alasan tersebut adalah penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang gencar diterapkan di negara-negara seperti Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
"Barangkali kita perlu melakukan monitor dan tidak berdiam diri atas berbagai kasus dalam pembangunan destinasi wisata, tanpa mengurangi penghargaan saya terhadap capaian-capaian yang sudah ada," jelas Myra.
Misalnya, pembangunan tempat wisata yang mengganggu atau merusak lingkungan, tidak efektifnya sarana wisata yang dibangun, serta munculnya protes masyarakat.
Baca juga: China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia
"Itu adalah gejala-gejala bagaimana aspek sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan pariwisata," tuturnya.
Meski peringkat Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2013-2019 atau TTDI Indonesia meningkat, Myra mengatakan bahwa business environment dan health and hygiene pariwisata yang masih sangat rendah.
"Transportasi mengalami peningkatan, tetapi tourist infrastructure masih lebih tertinggal karena kita sering kali sangat fokus pada kebutuhan transportasi, bukan infrastruktur turis," jelas Myra.
Adapun rangking cultural resources pariwisata Indonesia yang mendapat nilai tinggi, nyatanya memiliki nilai rendah.
Menurut Myra, penting untuk menggalang kerja sama dengan kebudayaan dan menjadikan hal ini sebagai modal untuk sumber daya pariwisata.
"Kita lebih banyak memanfaatkan kebudayaan untuk berbagai acara, tetapi sebagai sumber daya, kelihatannya masih perlu digarap lebih banyak lagi," jelas dia.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram