Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Menziarahi Diri

Kompas.com - 13/11/2013, 08:31 WIB
Oleh: Maria Hartiningsih  

Jalur ziarah para pejalan melintasi Galicia, yang membentang dari perbatasan Perancis-Spanyol, menuju Santiago de Compostela, di Barat Daya Spanyol, adalah jambang alam yang menyimpan kisah manusia, menit ke menit dari abad ke abad.

Keheningannya seperti bejana raksasa yang menampung berapa pun besar beban kesedihan, kekecewaan, keraguan, ketakutan, kemarahan, kekejaman, sekaligus keberanian, ketetapan hati, kebahagiaan, penerimaan, dan rasa syukur.

Saat melintasi jalanan kasar, dipagari pohon apel dan blackberry yang menjuntai lebat, Anita (77) berhenti. Pandangannya lurus, tetapi tampaknya ia tidak sedang menatap pemandangan surgawi yang terhampar di antara Peruscallo dan Portomarin.

Matanya mulai basah. Ia terisak ketika Iza, teman seperjalanan yang setia mendengarkannya, menunjuk empat kupu-kupu kuning yang terbang mendekat dan empat tato kupu di lengan Anita.

”Ini lambang suamiku, ini sahabatku, ini anak sulungku dan ini satu-satunya anak perempuanku. Kulakukan Camino ini untuk mereka,” tutur Anita.

Di jalanan itu ia teringat mereka, tetapi tangisan itu untuk anak perempuannya. Meski telah lewat belasan tahun, Anita masih tak bisa menerima kenyataan, anaknya tewas karena narkoba.
Panggilan Jiwa

The Camino Santiago de Compostela, lazim disebut sebagai ’Camino’ atau ’jalan’ dinyatakan sebagai jalur Budaya Eropa pertama oleh Konsil Eropa, tahun 1987, dan sebagai Warisan Kebudayaan Manusia oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Sains dan Budaya (Unesco) tahun 1993.

KOMPAS/MARIA HARTININGSIH Ucapan Terima Kasih di Antara Batu-batu Pengingat.
Meski dikenal sebagai jalur ziarah Kristiani, rute yang bertabur bangunan tua dan situs-situs tua itu menarik orang dari berbagai keyakinan, termasuk yang meyakini kebaikan hidup dan mengaku tak beragama.

Cherry (40) merasa terpanggil sebelum memutuskan jalan 780 kilometer menuju Camino Santiago. Ia terbang dari Hongkong ke Paris, lalu naik kereta api ke Roncesvalles. Dari kota dengan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut di kawasan Pyrenees, atau sekitar delapan kilometer dari perbatasan Perancis-Spanyol itu, ia memulai perjalanannya.

Selama 43 hari, ia berangkat pagi buta dan berhenti kala matahari tenggelam, melintasi jalanan mendaki, menurun, bergelombang, kadang berkerikil, kadang licin, kadang kasar, berdebu dan berbatu.

Barang bawaannya hanya satu, tas punggung berukuran sedang, dan tidur di mana pun yang tersedia di sepanjang perjalanan. Ia makan seadanya, dan hanya berhenti kalau menumpang buang air kecil. Ia tak bicara tentang dirinya, peziarahan dan hal-hal terkait religiositas. Namun dikatakan, inilah perjalanan paling mengesankan dalam hidupnya.

”Saya sangat bahagia bisa melakukannya,” ujarnya saat bertemu di Palas de Rei dan kemudian di Boente, sekitar 50 kilometer dari Camino de Santiago.

Di jalanan, kami bertemu seorang biarawati dan tiga anak muda dari Korea. Ada satu keluarga, dengan dua anak, satu masih anak balita dari Canary Island, yang melakukan perjalanan 200 kilometer sebagai ungkapan terima kasih karena dikaruniai anak kedua.

Pemandu kami, Rui Ribeiro (38), berbagi pengalaman tentang pertemuannya dengan dua pejalan dari Palestina, dan remaja Indonesia berusia 19 tahun yang berjalan melalui Jalur Perancis menuju Camino Santiago, lalu melanjutkannya ke Jalur Portugal.

Mengetuk kesadaran

Compostela, yang berarti The Field of Stars atau Dataran Penuh Bintang, diyakini berada di jalur sistem Bima Sakti (Milky Way) yang menyimpan berlimpah ruah energi kehidupan. Berjalan di bawah jalur itu, meski sendiri, tak pernah benar-benar sendiri. Seperti selalu ada yang menemani, selain langkah orang di depan atau di belakang, dengan sapaan ringan, ”Buena días” dan ”Buen Camino”.

Tak jarang kisah-kisah yang menjadi beban hidup dibagi dengan orang tak dikenal di perjalanan tanpa khawatir dihakimi. Namun lebih sering, keheningan yang hadir di antara desau angin dan desir air di sungai-sungai kecil, telah lebih dulu melarutkan semua kepedihan. Perasaan ringan menyelinap saat melepaskan lelah di perut pohon oak tua di hutan. Jiwa yang kering seperti dibasuh embun yang menyelimuti jalan-jalan setapak.

KOMPAS/MARIA HARTININGSIH Jalur ziarah
Suasana seperti itu membuat banyak orang ingin mengulang perjalanan itu. Katedral di kota tua Santiago de Compostela bukan lagi tujuan. Seperti Michael (42) dari Paris, yang kembali menyusur hutan, melintas desa dan kota sepanjang 700 kilometer menuju Camino Santiago melalui rute berbeda.

Perjalanan delapan hari sepanjang 110 kilometer dan pergulatan yang intens dengan diri sendiri, tampaknya mengubah Anita. Pemilik beberapa apartemen di San Francisco, Amerika Serikat, itu seperti tiba pada titik kesadaran baru. Sebab kematian putrinya tak lagi penting baginya. ”Urusan dengan anak perempuanku sudah selesai,” ujar Anita dengan wajah cerah, saat menapaki lantai batu di alun-alun katedral.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Travel Update
Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com