Dua jam dari Puerto Princesa saya dibawa ke arah utara Palawan. Jalan berkelok, berbukit naik turun ditambah lagi sopir yang mengemudikan kendaraan begitu lihainya. Perut serasa diaduk-aduk, karena saya duduk di kursi belakang. Sepanjang perjalanan pemandu terus saja mencerocos demi menjelaskan ada apa saja di sana. Ibarat jalan menuju gedung bioskop, ada orang yang menceritakan rentetan cerita film. Bagi mereka yang suka merapa dan menebak-nebak seperti saya pasti akan gusar, tetapi ada juga yang rasa ingin tahunya tinggi sehingga terus bertanya dan semakin gusar saja.
Mata saya selalu jelalatan melihat keluar jendela. Di balik kaca mata hitam ini saya benar-benar mengagumi pesona alam Pulau Palawan. Bukit-bukit gamping menonjol di mana-mana. Hutan lebat hingga semak belukar menjadi sajian di sisi kanan kiri jalan. Hampir sepanjang perjalanan jarang ditemukan perkampungan, sehingga benar-benar seperti berjalan di tengah-tengah belantara. Udara sejuk dan suasana teduh benar-benar membuat betah di perjalanan ini, kecuali pemandu yang tak henti-hentinya berceloteh.
Usai makan siang, saatnya menuju sungai bawah tanah di dermaga Sabang. Di sini saya benar-benar kagum pada pengelola wisata. Peraturan dan hukuman ditulis besar-besar agar benar-benar ditaati oleh pengunjung dan operator. Pantai yang bersih dan rapi. Panas yang terik, memaksa kami harus menunggu antrian perahu yang akan mengantar ke mulut sungai.
Jaket pelampung wajib dikenakan oleh pengunjung yang ingin mengunjungi sungai bawah tanah. Berjarak hampir tiga kilometer dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, perahu yang kami tumpangi terombang-ambing oleh ombak Laut Tiongkok Selatan. Sebuah tebing karang terlihat dengan jelas yang menandakan sebentar lagi sampai di pantai yang menjadi pintu masuknya.
Setelah perahu merapat papan nama bertuliskan selamat datang di Taman Nasional Subterranean River Puerto Princesa terpasang di pintu masuk. Beberapa aturan dan semua informasi ada di sana. Jalan menuju pintu masuk berupa jalan panggung yang terbuat dari kayu. Hutan alami yang benar-benar masih terjaga keberadaannya. Suara burung hingga biawak yang berkeliaran dengan mudah ditemui di sepanjang jalan.
Sungai bawah tanah Puerto Princesa ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan dunia. Dunia sudah mengakuinya dan tak sabar rasanya segera masuk ke dalam guanya. Sebuah perahu dengan cadik di sisi kanan-kiri sudah menunggu kami. Kapasitas perahu adalah 8 orang ditambah seorang pendayung sekaligus pemandu wisata. Para pengunjung diwajibkan mengenakan jaket pelampung dan helm pelindung. (Dhanang Dhave)
Baca kisah selengkapnya di Kompasiana: "Menelusuri Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.