Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukarno, Penjaga Kali Senatah

Kompas.com - 09/08/2016, 21:35 WIB

SUKARNO (35) menghabiskan hari-harinya dengan baju basah dan naik-turun Kali Senatah. Kali kecil di Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, itu menjadi pusat perhatian Sukarno dalam enam tahun terakhir.

Ayah dua putri itu mengurus Senatah setelah ada tantangan dari teman-temannya sesama penggiat lingkungan hidup. Karno, demikian ia biasa disapa, memang bertahun-tahun aktif sebagai penggiat lingkungan hidup dengan konsentrasi pada ekosistem sungai.

”Kata mereka, saya mengurus sungai di banyak tempat. Kali di kampung halaman malah tidak ada yang mengurus,” ujar Karno di sela-sela kegiatannya memandu pelancong yang menyusuri Kali Senatah pada pertengahan Juli 2016.

Seperti banyak sungai di Indonesia, Kali Senatah pernah tidak terurus selama bertahun-tahun. Sungai kecil di Dusun Gadungan, Desa Girimulyo, itu menjadi tempat sampah. Debit airnya mengecil, airnya keruh, dan fungsi utamanya sebagai saluran irigasi sudah bertahun-tahun menurun.

”Tidak ada yang tertarik membersihkan, apalagi merawat kali sekecil ini. Apalagi, banyak sumber air lain di sini. Jadi, penurunan fungsi Kali Senatah tidak terlalu diperhatikan orang,” tutur anak pasangan Suwarno dan Sumarmi itu.

Karno tahu, ia tidak bisa mengembalikan ekosistem Senatah sendirian. Ia butuh warga lain di sekitar kali jika ingin mewujudkan keinginannya. Namun, untuk melibatkan warga, Karno harus menunjukkan apa manfaat pembersihan dan perawatan Senatah bagi mereka.

”Saya bertahun-tahun terlibat program penjagaan sungai di banyak tempat. Kesimpulannya sama, warga tidak akan terlibat kalau tidak melihat ada manfaat untuk mereka. Saya tidak mungkin hanya mengajak mereka membersihkan sungai. Tidak akan menarik,” kata pria yang lama menjadi peneliti di Forest Watch Indonesia itu.

Ada pula hambatan lain, Karno tidak besar di Gadungan. Orangtua Karno berusaha di Pekanbaru, Riau. Sejak kecil hingga masa kuliah, Karno berada di Pekanbaru. Bahkan, ia baru benar-benar pulang kampung beberapa tahun terakhir. ”Karena Senatah, saya pulang kampung,” ujarnya.

Modal pinjaman

Program pembersihan Senatah dimulai pada 2010. ”Saya tanya sana-sini, salah satu cara paling mudah mengajar warga menjaga lingkungan adalah dengan pariwisata. Kali Senatah dijadikan obyek wisata yang bisa mendatangkan penghasilan untuk warga sekitar,” ujarnya.

Pilihan itu juga tidak lepas dari banyaknya pelancong yang bertandang ke Ngargoyoso. Sebagian besar pelesir ke perkebunan teh di kecamatan yang bersebelahan dengan daerah wisata Tawangmangu, Karanganyar. ”Banyak wisatawan ke Ngargoyoso, tetapi tidak ada yang ke Gadungan karena tidak ada obyek wisata di sini,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com