Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukarno, Penjaga Kali Senatah

Kompas.com - 09/08/2016, 21:35 WIB

Ia yakin Kali Senatah bisa dijadikan obyek wisata dan menjadi sumber penghasilan warga sekitar jika kebersihannya dijaga. Setelah dibersihkan dan ekosistem pendukungnya perlahan dipulihkan, Senatah bisa dijadikan obyek wisata susur sungai.

”Secara alamiah, kontur kali dan arusnya cocok untuk susur sungai. Debit dan arusnya berkurang karena kali lama tidak terawat. Setelah kali dirawat, debit dan arusnya membaik,” tuturnya.

Tentu ajakannya tidak diterima begitu saja. Karena itu, ia memulainya terlebih dahulu dengan modal pinjaman untuk menggelar wisata petualangan dan alam terbuka. ”Saya pinjam tali, harness (sabuk pengaman), dan macam-macam lain dari beberapa kawan untuk modal awal usaha ini,” ujarnya.

Karena badan sungai tidak terlalu lebar, susur Senatah tidak bisa menggunakan perahu. Karno dan rekan-rekannya memilih ban dalam bekas truk sebagai kendaraan untuk susur sungai.

Dari hanya tiga orang, kini pengelola Senatah melibatkan 15 pemuda Dusun Gadungan. Mereka menjadi pemandu, penjaga loket, hingga perawat peralatan.

”Warga sekitar juga terlibat dengan menjadi penyedia makanan dan minuman untuk tamu-tamu. Selain membeli makanan, tamu juga sering membeli hasil panen warga. Mereka keliling dusun setelah kegiatan di Senatah, lalu membeli sayur-mayur dari kebun warga,” paparnya.

Pemuda-pemuda Dusun Gadungan diajak Karno menjadi pengelola Senatah. ”Sebelum terlibat di sini, kegiatan harian mereka negatif dan tidak produktif. Ada yang pernah jadi pemalak dan pengganggu wisatawan ke Tawangmangu. Sekarang, mereka justru sadar manfaat pariwisata,” ujarnya.

Pilihan wisata di Senatah juga terus berkembang. Dari rute pendek 800 meter, kini tersedia rute susur hingga 3 kilometer di Senatah. Bahkan, Karno dan rekan-rekannya tengah mempersiapkan rute 8 kilometer. ”Semakin panjang rutenya, semakin banyak areal sungai yang terjaga,” ucapnya.

Selain susur kali, Karno dan rekan-rekannya juga menyediakan flying fox, jelajah alam, dan permainan beregu di luar ruang. Semua dikelola oleh warga sekitar Senatah. ”Kami terus menambah anggota, tentu dari warga Dusun Gadungan,” ujar Karno.

Mandiri

Karno mengungkapkan bahwa dirinya pernah meninggalkan pengelolaan Senatah karena masih punya tanggung jawab di tempat lain. ”Waktu memulai pembersihan Senatah, saya mengira cukup menginiasi. Setelah mulai stabil bisa ditinggalkan.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com