YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mewajibkan pihak sekolah untuk memperhatikan sejumlah hal guna mencegah terjadinya kecelakaan saat study tour.
Salah satunya adalah memilih jasa transportasi yang memiliki sertifikasi.
Baca juga: Tanggapi Larangan Study Tour, Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi
"Sopir harus punya sertifikasi karena sopir antarkota antarprovinsi dengan sopir pariwisata berbeda cara membawanya berbeda. Ini yang harus kita pastikan maka sekolah tidak hanya mengejar murahnya tapi bagaimana ini standarisasi regulasi dan sertifikasi seluruh yang terlibat betul-betul bisa dipenuhi," jelas Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, Jumat (24/5/2024).
Kedua, lanjut dia, adalah mempertimbangkan kepentingan melakukan study tour, serta memastikan moda transportasi laik jalan yakni menggunakan kendaraan berusia maksimal enam tahun.
"Selebihnya (enam tahun) maka kemudian tidak direkomendasi usia dari moda transportasi," tutur Singgih.
Ke depannya Dinas Pariwisata DIY akan berkolaborasi dengan Polisi dan Dinas Perhubungan untuk melakukan checking (pemeriksaan) kendaraan bus study tour yang berkunjung ke DIY.
Baca juga:
"Tapi akan kami ingatkan kembali kita akan kolaborasi dengan Kepolisian, Dinas Perhubungan untuk melakukan checking untuk memastikan yang datang kesini," tutur Singgih.
Dia tak menampik soal adanya rasa khawatir terjadinya penurunan wisatawan setelah beberapa daerah melarang study tour.
"Kekhawatiran pasti ada karena akan mengurangi ya, tapi kalau melihat dari sisi animo ke Jogja saya kira masih cukup bagus," ucapnya.
"Kekhawatiran masih ada. Semoga ini akan diikuti kebijakan dari kami baik di kota/kabupaten dan DIY untuk kemudian tidak melarang tapi justru malah memberikan rambu-rambu bagaimana supaya liburan atau study tour ini aman dan nyaman," jelasnya.
Baca juga: Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang
Menurut dia, dengan melakukan study tour, para pelajar bisa mendapatkan manfaatnya yaitu berupa pengalaman-pengalaman baru.
"Mungkin dengan budaya di Jogja, Keraton, dan sebagainya itu kan belajar di luar kelas sebetulnya. Itu bagus dan experience (pengalaman) tersendiri sebetulnya," pungkas dia.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram