KOMPAS.com - Suatu penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan mengimbau para pelancong untuk tidak minum alkohol saat terbang jarak jauh setelah menemukan efeknya terhadap tubuh saat tertidur.
Para peneliti dari Institute of Aerospace Medicine di German Aerospace Center melakukan studi mengenai efek interaksi antara alkohol dan tidur di ketinggian dengan menggunakan serangkaian eksperimen laboratorium.
Dalam penelitian ini, 40 orang sehat diminta untuk mengonsumsi alkohol sebelum tidur di laboratorium tidur yang berada di ketinggian 53 meter di atas laut, atau di ruang ketinggian yang setara dengan 2.438 meter di atas permukaan laut.
Baca juga: Bagaimana Efek Alkohol terhadap Kesehatan Tubuh? Ini Penjelasannya...
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika tidur setelah konsumsi alkohol dalam jumlah sedang, saturasi oksigen darah seseorang turun ke tingkat yang mengkhawatirkan dan detak jantung meningkat.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Thorax menyatakan bahwa kombinasi alkohol dan hipoksia hipobarik dalam penerbangan mengurangi kualitas tidur, mengancam sistem kardiovaskular, dan menyebabkan durasi hipoksemia yang lebih lama.
Lihat postingan ini di Instagram
Adapun hipoksia hipobarik adalah kondisi saat jaringan tubuh kekurangan oksigen karena tekanan atmosfer yang rendah.
Bahkan pada subyek yang masih muda dan sehat, tercatat terjadi desaturasi oksigen kritis di bawah 90 persen.
Dr. Eva-Maria Elmenhorst, rekan penulis studi, menyatakan bahwa konsumsi alkohol pada tekanan udara rendah akan berdampak buruk.
Baca juga: Hujan Misterius Terjadi di Dalam Kabin Pesawat JetBlue A320
Menurutnya, saturasi oksigen turun ke tingkat yang cukup rendah selama tidur, sehingga ia merekomendasikan untuk menghindari minum alkohol bahkan ketika seseorang dalam keadaan sehat.
Para peneliti menjelaskan bahwa mereka ingin melakukan penelitian ini karena penumpang sering mengonsumsi minuman beralkohol selama penerbangan jarak jauh sebelum tertidur.
Meskipun penelitian ini mengamati konsumsi alkohol dalam jumlah sedang, dosis alkohol yang lebih tinggi dapat meningkatkan efek buruknya, berpotensi meningkatkan risiko komplikasi kesehatan dan keadaan darurat medis selama penerbangan.
Terutama di antara orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.
Baca juga: 4 Tips Memilih Koper untuk di Kabin Pesawat, Cari yang Cerah
Dengan temuan ini, penelitian tersebut menyarankan agar konsumsi minuman beralkohol dalam penerbangan harus dibatasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.