Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Leluhur dan Alasan Penyebutan Kampung Melayu

Kompas.com - 28/05/2017, 21:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejarah asal Kampung Melayu ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada tahun 1619 saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mulai menaklukan Jayakarta.

Menurut pemerhati sejarah yang juga pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kembali, leluhur Kampung Melayu memang merupakan bangsa melayu yang berasal dari utara Selat Malaka, utara Pulau Sumatera, Singapura, Malaysia dan sekitarnya.

Bermula dari serangan Mataram Islam yang tidak terima terhadap VOC di Batavia pada tahun 1626, yang dipmpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

“Ini yang sekarang disebut Matraman, karena dulu jadi base camp pertahanan Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan siap-siapnya di Paseban, tempat kumpul raja dan rakyat sebelum menyerbu Batavia,” kata Asep saat dihubungi KompasTravel, Sabtu (27/5/2017).

BACA: Sejarah Terbentuknya Kampung Melayu di Jakarta

Oleh karena itu, lanjutnya, sangat masuk akal jika pada tahun 1688 pasca penyerangan itu, pribumi dari berbagai etnis yang didatangkan ke Batavia dikelompokan di beberapa tempat.

Namun, menurutnya meski kebiasaan pribumi dengan VOC zaman dulu melakukan jual beli budak terutama tawanan pasca perang, tak berarti leluhur Kampung Melayu dipekerjakan menjadi budak VOC.

Kedatangan bangsa melayu sebagai leluhur masyarakat Kampung Melayu sendiri terdapat dua garis besar. Pertama bisa jadi sebagai pedangang yang datang ke Batavia, karena padatnya perdagangan di sekitar Selat Malaka. Kedua, bisa juga sebagai tawanan kalah perang antara Portugis yang ditaklukkan Belanda di Malaka.

“Kita harus memeriksa lagi kedatangan bangsa melayu ke Batavia itu kenapa, soalnya memang di sana ramai perdagangan. Tapi jangan lupa Portugis yang menguasai Malaka juga ditaklukkan saat itu oleh Belanda sebelum menyerbu Batavia,” Kata Asep.

Dari sanalah berbagai etnis tersebut mulai meramaikan pembangunan Batavia. Ada aktivitas  perdagangan, perbudakan, maupun KNIL sebagai pembela VOC. Berbagai etnis kala itu ialah Melayu, Bali, Maluku, Tionghoa, dan Arab.

“Arab di Kampung Arab, Maluku ada Kampung Bandan di utara, Tionghoa di Glodok, dan bagian selatan ada Kampung Melayu untuk etnis melayu. Itu di kawasan luar mengelilingi Batavia, belum Jakarta ya, karna beda luas kawasan antara Jayakarta, Batavia, dan Jakarta,” terang Asep Kambali.

BACA: Sejarah Kampung Melayu sebagai Penghubung Jakarta dan Sekitarnya

Di titik-titik akses keluar Batavia itulah mereka mudah untuk diawasi, dan dijadikan sebagai buffer zone atau penyangga wilayah.

“Ini terbukti karena jalan-jalan seperti Matraman, Kramat, dan Salemba itu jalan tua sudah ada sejak Mataram, dan merupakan akses ke Batavia. Melayu ditempatkan di selatan sebagai akses pintu masuk, ke arah Jakarta Selatan, Pasar Minggu, Depok dan yang lainnya, karena dulu Batavia cuman sampai Jatinegara,” ujar Asep.

Fungsi buffer zone sendiri untuk mengontrol dan daerah penyangga jika sewaktu-waktu ada serangan dari luar, maka mereka akan melapor atau membocorkan ke VOC. Untuk mengoordinirnya, VOC membayar orang berpengaruh di etnis tersebut untuk menjadi kapitan.

Kapitan yang terkenal di Kampung Melayu ialah Kapitan Wan Abdul Bagus. Setelah rakyatnya tambah banyak, kapitan tersebut mengangkat jendral-jendral. Lalu jika semakin banyak lagi rakyatnya, ia akan mengangkat mayor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com