Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (27)

Kompas.com - 11/04/2008, 08:02 WIB

                                                                                                                                                                  [Tayang:  Senin - Jumat]

Depresi (2)

Rumah Gulasaira remang-remang. Dindingnya mengelupas tak sedap dipandang. Bau busuk memenuhi seluruh penjuru ruangan. Tetapi, di sini saya justru merasakan kehangantan cinta kasih sebuah keluarga.

Eldiyar, bocah 5 tahun itu, memang nakal. Bukan hanya menggoda bayi Gulsaira yang masih sangat kecil sampai menangis, Eldiyar juga memasukkan remah-remah roti yang menjadi makanan pokok keluarga itu ke dalam cangkir tehnya, kemudian menyiramkan teh hijau tanpa gula ke tumpukan remah-remah roti, potongan coklat, dan permen-permen kadaluarsa yang menjadi menu makan malam keluarga. Si bocah itu baru menangis tanpa henti ketika Guldora, si kakak yang berumur 16 tahun, mencubitnya dengan gemas.

Saya sempat bingung, bagaimana mungkin Guldora bisa mempunyai adik yang umurnya terpaut begitu jauh? Eldiyar ternyata memang bukan adik kandungnya. Gulsaira memungut bayi kecil Eldiyar yang dibuang di depan pintu rumah mereka. Gulsaira tidak tahu siapa kedua orang tua Eldiyar, atau mungkin saja dia tahu tetapi merahasiakannya. Hati Gulsaira tak tahan ketika si bayi kecil menangis kelaparan. Gulsaira memang miskin, tetapi tidak hatinya.

Kemudian, di tengah susahnya kehidupan di negara baru Kyrgyzstan, Gulsaira memutuskan untuk mengasuh bayi itu, mencintainya seperti anaknya sendiri. Kini Eldiyar sudah tumbuh menjadi bocah yang lincah dan nakal. Tahukah ia akan masa lalunya?

            "Eldiyar masih kecil. Masih belum waktunya," kata Gulsaira.

Ketika Gulsaira bercerita, Eldiyar masih terus memamerkan kenakalannya. Bocah ini manja. Selalu menangis kalau keinginannya tidak dituruti. Potongan-potongan roti, makanan yang sangat berharga bagi keluarga ini, dilemparnya ke tanah. Eldiyar suka sekali makan permen, sampai giginya hitam semua dan bolong. Susah juga untuk melarang bocah ini makan permen.

Selain permen, menu makanan Gulsaira cuma potongan coklat kadaluarsa dan roti. Saya memberinya beberapa bungkus coklat yang saya dapat di Osh. Ia langsung menyambut dengan kedipan mata. Saking nakalnya Eldiyar, Gulsaira sampai memanggilnya si bocah setan. Tetapi itu hanya panggilan sayang. Saya tahu Gulsaira sangat mencintai bocah nakal ini.

Rasa sayang Gulsaira juga tak terhingga terhadap bayi mungil yang ada di pangkuannya yang sedang mengunyah cacahan apel. Bayi ini pun, seperti halnya Eldiyar, bukan anak kandung Gulsaira. Adik Gulsaira, sekarang bekerja di Bishkek, baru saja berkabung karena istrinya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Terpaksa si adik menitipkan bayinya yang baru lahir kepada Gulsaira di Karakol.

Bayi kecil ini sudah tahu kalau Gulsaira bukan ibu kandungnya. Kalau ditunjukkan foto papa mamanya, si bayi perempuan yang sedang belajar jalan ini langsung menangis, "papa...., papa...., mama...., mama..."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com