Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (183): Matahari yang Mendekat

Kompas.com - 17/04/2009, 07:26 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Matahari Multan bersinar terik, membakar manusia-manusia yang merayap di lorong sempit dan menyesatkan kota Kuno. Di musim panas seperti ini, suhu siang hari bisa mencapai 52 derajad celcius, cukup untuk membikin pingsan. Mengapa Multan demikian panas?

Alkisah Shams-ud-Din Sabzwari adalah seorang guru suci yang umurnya lebih dari seratus tahun. Ia berasal dari kota Tabrez di Iran, hidup antara abad ke-12 sampai 13. Seperti guru suci Sufi lainnya, ia datang ke Multan dan mengajar di sini. Shah Shams, demikian ia dikenal, sangat tersohor dengan mukjizatnya.

Dalam bahasa Arab, kata shams berarti matahari. Dari sekian banyak kisah tentang sang guru, salah satu mukjizat yang dilakukan oleh Shah Shams adalah memindahkan matahari, mendekatkan sang surya ke tubuhnya. Akibatnya, kota Multan terasa panas dan membakar. Kisah serupa juga pernah saya baca tentang kota Kandahar di Afghanistan selatan, di mana seorang guru Sufi bernama Baba Farid menghukum kota itu karena penduduknya yang tak ramah dengan mendekatkan matahari. Ajaran Sufi penuh dengan kisah dan legenda mukjizat macam ini.

Seperti orang suci lainnya, Shah Shams juga punya mazar-nya di Multan. Di luar makam, ada toko yang khusus menjual barang-barang Syiah, seperti foto para Imam, rantai untuk zanjirzani, pajangan berpigura bertuliskan “Live like Ali, Die like Hussain.” Alunan kendang dan harmonium musik qawwali langsung menyambut peziarah yang datang. Dari dalam ruang pekuburan terdengar teriakan “Ya Ali!” dan “Ya Ali Madad!” sambung menyambung.

Apakah hanya pengikut Ali yang berziarah di sini? Seorang chowkidar – penjaga makam – berkata, “Semua Muslim adalah pengikut Ali.” Apakah Shah Shams, sang guru suci, adalah orang Syiah? Chowkidar tak menyangkal, “Shah Shams adalah ahl-i-Sunnat. Ia juga menegakkan Sunnat Rasul.”

Kalau Shah Shams adalah Sunni, mengapa ada tulisan ‘Ya Ali Madad’ di makamnya? Chowkidar menjawab bahwa hiasan itu adalah sumbangan peziarah, dan tidak mungkin pihak mazar menolak sumbangan itu.

Saya kurang puas dengan jawabannya yang tidak pasti. Kami makan siang bersama di ruang petugas makam. Para chowkidar sempat berdebat tentang seorang lelaki yang mengolok-olok kalimah syahadat orang Syiah di tengah pasar. Kemudian pembicaraan dibelokkan seorang penjaga makam yang mengaku bisa bahasa Indonesia. Ia hanya tahu ‘selamat pagi’ dan ‘istri’, diajari seorang teman waktu bekerja di Saudi Arabia. Kata ‘istri’, dalam bahasa Hindi juga berarti sama dengan dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Urdu artinya adalah ‘setrika’.

Setelah makan siang, chowkidar harus bekerja keras untuk tugas mingguan – menghitung sumbangan dari peziarah. Pemandangan yang terpampang di depan saya sungguh menakjubkan. Gunung uang. Kata seorang penjaga makam yang bersurban, sumbangan peziarah tiap minggu sedikitnya mencapai 20.000 Rupee. Di hari sibuk, misalnya perayaan Urs, bisa sampai sepuluh kali lipat. Para chowkidar memisahkan uang menurut nilai nominalnya. Saya hanya melihat selembar uang 500 Rupee. Uang seratusan cukup banyak, lima puluhan lebih banyak lagi, duapuluhan seperti bukit kecil, uang sepuluhan bergunung-gunung. Juga uang logam yang tak terhitung jumlahnya. Untung saya tidak kebagian tugas seperti ini. Bisa kaku juga jari tangan memisahkan uang sebanyak ini.

Ke mana perginya uang sumbangan sebanyak ini. Syed Zahid Hussain, keturunan langsung dari Shah Shams yang sekarang menjadi Pir Sahab – wali – dari makam ini mengatakan bahwa semuanya akan dikembalikan kepada pemerintah. Setiap kali perhitungan uang sumbangan selalu ada bankir pemerintah. Sepeser pun tak akan bocor. Terserah nanti pemerintah yang akan mengatur penggunaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com