Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Liya di Wakatobi Terbengkalai

Kompas.com - 01/04/2011, 21:51 WIB

KENDARI, KOMPAS.com — Kondisi Benteng Liya di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, terbengkalai dengan banyak bagian rusak dan termakan usia. Masyarakat sekitar mendesak pemerintah memugar benteng tersebut untuk melestarikan nilai sejarahnya.

"Selain itu, jika dipugar, Benteng Liya bisa menjadi alternatif obyek wisata yang menarik di Wakatobi," kata Ketua Umum Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya LM Ali Habiu, Jumat (1/4/2011) di Kendari.

Kondisi fisik benteng yang terbuat dari batu alam itu, ujar Ali, tinggal tersisa kurang dari 10 persen. Selain dimakan usia, benteng itu mengalami kehancuran parah pada masa penjajahan Jepang 1942-1945. "Jepang memerintahkan pembongkaran benteng dan materialnya digunakan untuk fondasi jalan dan dermaga," ujarnya.

Akibatnya, bangunan benteng yang tadinya setinggi 3 meter dengan keliling terluar 16 km kini tinggal menyisakan fondasi setinggi 1 meter. Gerbang-gerbang benteng juga banyak yang sudah rusak. Beberapa bangunan di dalam kompleks, seperti baruga (tempat pertemuan) dan meriam-meriam peninggalan kerajaan, juga sudah lapuk dan berkarat.

Benteng Liya merupakan salah satu dari kompleks benteng pertahanan yang dimiliki Kesultanan Buton, salah satu kerajaan maritim di Sulawesi Tenggara yang berjaya pada abad ke-16 dan 17. Benteng itu terletak di Pulau Wangi-wangi, kini masuk Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi.

Namun, berdasarkan keterangan Ali, ada versi yang meyakini Benteng Liya sudah ada jauh sebelum Kesultanan Buton berdiri. "Beberapa sejarawan Buton mengatakan, Benteng Liya dibangun sekitar abad ke-13 oleh raja pertama Liya yang merupakan keturunan wangsa Rajasa di Kediri," ujarnya.

Tahun ini, Ali menambahkan, ada rencana memugar sebagian Benteng Liya yang merupakan proyek Kementerian Pekerjaan Umum. Dana Rp 2,3 miliar itu di antaranya akan dipakai untuk perbaikan 15 pintu benteng, baruga, pendirian gapura, dan pembangunan pusat kegiatan seni dan budaya. "Pemugaran itu sebagai bagian persiapan menjelang Sail Wakatobi bulan Agustus nanti," ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala BP3 Makassar Andi Muhammad Said, yang juga membawahi wilayah Sultra, mengatakan, bulan ini pihaknya akan menurunkan tim untuk melakukan studi teknis pemugaran Benteng Liya. "Studi itu menghitung apa saja yang harus dilakukan, model pemugarannya seperti apa, dan estimasi biayanya," ujarnya.

Berdasarkan penilaian BP3, Benteng Liya sangat layak untuk dipugar karena selain nilai sejarahnya yang tinggi juga potensi besarnya menjadi obyek wisata budaya dan sejarah di Wakatobi. "Namun, pemugaran tidak seluruhnya dilakukan oleh BP3, tetapi juga diharapkan ada kontribusi dari pemerintah daerah setempat," ujar Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com