Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Banyumulek, Jangan Lupa Kendi Maling

Kompas.com - 17/07/2011, 06:30 WIB

KOMPAS.com - Ruminah (35) tampak asyik memutar dan menekan-nekan tangannya ke sebongkah tanah liat besar berbentuk gentong yang baru setengah jadi di depan rumahnya. Ia tampak larut dalam pekerjaannya itu meski sang anak yang masih berusia sekitar lima tahun bermain dan berlari-larian di dekatnya.

Konsenstrasinya tidak pecah, ia tetap asyik membuat gentong yang dipesan seorang wisman. Tanpa menggunakan meteran, Ruminah dengan santainya mampu membentuk sebuah gentong dengan diameter yang sempurna dan simetris.

Apa rahasianya? "Meteran? Ha-ha-ha... di sini nggak pernah pakai. Perasaan saja karena sudah terbiasa dari kecil," ucap Ruminah sambil tergelak.

Ruminah merupakan salah seorang wanita yang menjadi perajin gerabah di Desa Banyumulek, Lombok Barat (sekitar 14 km dari Mataram), Nusa Tenggara Barat. Ada lebih dari 400 warga Sasak di desa ini yang merupakan perajin gerabah. Hal itulah yang kemudian membuat nama Banyumulek yang dalam bahasa setempat berarti air jernih ini menjadi tersohor dan akhirnya dijadikan sentra pembuatan gerabah di Lombok.

Para wanitanya sejak umur 4 atau 5 tahun memang sudah diajari membuat gerabah kecil-kecilan seperti asbak. Sementara para lelaki bertugas mencari tanah liat yang langsung didapat dari tanah desa ini dan jika gerabah sudah jadi, para lelaki inilah yang mengantarkannya ke art shop atau pun ke pembeli borongan yang biasanya dari warga asing.

Ruminah mengaku tidak tahu asal mula warga di desa Banyumulek ini mulai membuat gerabah. Menurutnya, kerajinan membuat gerabah sudah ditanamkan sejak kecil dan menjadi harta warisan berharga dari leluhurnya. "Kalau orang-orang di luar mungkin warisannya emas atau apa. Tapi kami di sini, warisan dari keluarga yah tanah liat yang didapat dari desa ini dan keterampilan membuat gerabah," ucapnya.

Ia mengungkapkan bahwa dengan kerajinan membuat gerabah ini pula para gadis di Desa Banyumulek mendapatkan jodohnya. Semakin baik kemampuannya membuat gerabah, para lelaki di desa ini pun menjadi semakin tertarik untuk mengawini si gadis. Alhasil, pernikahan yang terjadi di Banyumulek biasanya tak jauh-jauh dari tetangga sekampung. "Jadi kalau jadi perempuan di sini, harus pintar-pintar membuat gerabah, nanti pasti ada yang tertarik," ujarnya.

Dalam sehari, wanita Banyumulek bisa membuat 10 gentong berukuran sedang. Selain gentong, para wanita Banyumulek juga mampu membuat gerabah lain seperti anglo, wajan, periuk, dan kendai. Yang khas dari desa ini adalah proses pembuatannya yang masih tradisional tanpa bantuan mesin.

Bahan pembuatnya masih berasal dari tanah liat yang didapat langsung di desa itu. Setelah tanah liat diambil, tanah itu kemudian dikeringkan lalu diinjak-injak agar halus. Kemudian, tanah itu dicampurkan lagi dengan pasir agar kehalusannya semakin sempurna dan kembali diinjak-injak. Jika sudah dianggap cukup halus, tanah liat itu kemudian bisa dipakai sebagai bahan dasar pembuat gerabah.

Dalam membuat gerabah, para wanita Banyumulek hanya mengandalkan tangan, sebuah sikat, talenan, amplas, dan seember air untuk meratakan permukaan tanah liat. Dari alat-alat itu, mereka mampu membuat gentong dengan diameter 15 centimeter yang tingginya bisa mencapai 1 meter. Usai gerabah terbentuk dan telah dihaluskan dengan amplas, tahapan selanjutnya yakni pembakaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, Mulai Rp 190 RIbu

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, Mulai Rp 190 RIbu

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com