Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Energi dari Serat Jerami

Kompas.com - 23/06/2014, 07:54 WIB
JERAMI terlihat sepele. Limbah batang padi ini biasanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Namun, sentuhan teknologi membuatnya berguna sebagai sumber energi. Di situ terjadi pemuliaan.

Itulah pemuliaan alam ketika dalam diri manusia tebersit niat mengembangkan teknologi berbudaya untuk sesamanya. Tampaknya itulah pesan yang tergambar dalam karya berjudul ”Micronation/Macronation-Democratizing the Energy” dalam pameran Multymedia Art di Langgeng Art Foundation (LAF), Suryodiningratan, Yogyakarta, 12-21 Juni 2014. Pameran digelar oleh HONF Foundation, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi bekerja sama dengan CATEC (Culture, Art and Technology Empowering Community).

Memasuki ruang pameran memang tidak lazim seperti pameran umumnya. Hanya ada tiga karya yang secara visual bisa dilihat langsung. Selebihnya adalah jajaran tujuh monitor yang terus menyala. Penonton akan bisa memahami makna pameran itu jika mau mencermati gambar dan mendengarkan narasi dengan alat pendengar (earphone). Pameran ini memang sebuah kolaborasi antara seni dan produk teknologi. Intinya memang bagaimana seni mengejawantahkan teknologi yang langsung bisa dinikmati penonton awam.

”Micronation/Macronation-Democratizing the Energy” yang digarap secara koloboratif oleh kelompok HONF Foundation, bermakna membangun kedaulatan pangan dan kedaulatan energi. Sesuai dengan temanya, menggambarkan lengkap bagaimana proses fermentasi serat jerami menjadi bahan energi yang bisa digunakan sebagai bahan bakar motor. Digambarkan dalam video itu, mulai dari petani memetik padi, berada di tengah hamparan padi, beberapa petani berkomentar senang jika jerami bisa menjadi bahan bakar.

Ditampilkan pula teknik proses pembuatan energi dari jerami, sampai pembuatan alat komputer yang disebutnya sebagai super komputer untuk menampilkan dan merekam gambar-gambar yang ditampilkan itu. Gambar-gambar grafis yang menggambarkan peluang dunia pertanian ditampilkan dengan berjumpalitan yang memancarkan nilai seni grafis yang indah.

”Banyak sekali unsur-unsurnya, bagaimana dengan keindahan kita menggambarkan data satelit, seni membuat etanol sebagai sumber energi juga kita garap dengan penampilan yang artistik,” kata Venzha, perupa yang ikut menggarap kolaborasi itu. Penutup dari karya ini munculnya Anies Baswedan, Rektor Paramadina, yang intinya menyatakan, buku atau pengetahuan tidak hanya disusun di rak, tetapi dibagikan kepada semua umat manusia.

Karya kolaborasi dari Universitas Sanata Dharma berjudul ”Sanata Dharma ICT 4Dnt” menggambarkan sinergi antara perajin kayu dan seni. Tergambar dalam video proses penggarapan kayu atas arahan dari perupa untuk membuat papan nama yang menyebut Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sanata Dharma. Hasil akhir karya itu, papan nama bukan sekadar menyebut sebuah identitas, sebuah jurusan di perguruan tinggi, tetapi tulisan identitas itu memiliki latar belakang karya seni kriya kayu, yang menarik dan penuh sentuhan seni dengan tata warna yang indah. Di sekitar tulisan identitas jurusan itu, juga tersedia bangku-bangku tempat duduk dengan kreasi-kreasi yang cantik.

Terbuka

Kurator pameran, Irene Agrivina, menyatakan, pameran ini tujuan akhirnya adalah membangun budaya terbuka yang berarti membagi pengetahuan kepada khalayak luas tentang teknologi-teknologi yang bermanfaat bagi manusia. Upaya itu disertai dengan membangun sumber terbuka, dengan menyediakan software dan hardware yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat. ”Pokoknya intinya kami ingin mengajak orang dengan cepat memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam kemasan seni, entah itu musik, seni kriya, ataupun seni rupa dalam bentuk multimedia,” katanya.

Dengan pemahaman itu, Irene merindukan bahwa multidisiplin semua bermanfaat bagi umat manusia dan bisa memberi sesuatu kepada manusia. ”Sharing pengetahuan itu harus kita budayakan kepada umat manusia,” katanya.

Apa yang diungkapkan Irene, tampaknya sejalan dengan karya kolaborasi dari Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada, yang menampilkan karya berjudul ”DORXLab”. Karya ini di antaranya menampilkan desain mode pakaian yang beranjak dari kaidah-kaidah arsitektur. Dalam tampilan seni multimedia yang indah seorang perempuan mengenakan pakaian warna merah yang berdesain unik dalam beragam pose. Pakaian merah itu tampak tergarap dalam tarikan-tarikan garis arsitektural yang ternyata juga indah ketika terkemas dalam karya pakaian. ”Yang beda jauh itu ternyata bisa disatukan,” kata Irene.

Dr Budi Subanar yang menjadi moderator dalam diskusi yang menyertai pameran ini menyatakan, teknologi tidak selalu memperbudak. Ketika muncul dalam sentuhan-sentuhan seni budaya, kehadirannya lebih berbicara untuk umat manusia. (Thomas Pudjo Widijanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com