Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang sampai Menari di Atas Perahu Warnai Festival Danau Sentani 2015

Kompas.com - 09/06/2015, 08:26 WIB
Mentari Chairunisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Festival Danau Sentani (FDS) kembali digelar tahun ini. Dengan mengusung tema "My Culture My Prosperous" yang juga berarti "Budayaku Sejahteraku" FDS diharapkan dapat meningkatkan angka kunjungan wisatawan serta mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

"Budayaku sejahteraku, maksudnya budaya harus dipelihara dengan baik sebagai kesejahteraan masyarakat," kata seniman sekaligus penggarap FDS, Theo Yepese, di Jakarta, Senin (8/6/2015).

Festival yang terlaksana tiap tahun sejak 2008 silam ini secara garis besar mengadakan beberapa acara, seperti pawai budaya, lomba-lomba, pertunjukan seni tari dan musik, pameran budaya, promosi wisata dan tur wisata, serta promosi PON 2020.

Dalam tahun kedelapannya ini, FDS menggelar beberapa acara menarik, seperti "Menari di Atas Perahu" dan "Berperang di Atas Perahu".

Acara "Menari di Atas Perahu" ini akan diikuti 26 kampung dari 26 Ondoafi (tokoh masyarakat adat), masing-masing grup terdiri dari 40 orang. Sementara untuk "Berperang di Atas Perahu" diikuti 20 kampung dari 20 Ondoafu dengan jumlah anggota minimum 30 orang.

Ada juga acara Gema Tifa Kolosal yakni pementasan musik menggunakan Tifa, alat musik tradisional Papua. Acara ini dilakukan sekaligus memperkenalkan Tifa yang menjadi ikon dalam FDS 2015 ini. "Ikon tahun ini adalah tifa, alat musik tradisional yang merupakan kebesaran Ondofolo, salah satu kebesaran para petinggi adat," lanjut Theo.

Festival yang akan digelar di Kawasan Wisata Khalkote, Distrik Sentani Timur, Jayapura, Papua  pada 19-23 Juni 2015 memang kehadirannya cukup ditunggu-tunggu. Bahkan tahun ini, pemerintah menargetkan FDS 2015 dapat mendatangkan wisatawan lebih dari pengunjung tahun lalu yang mencapai 10 ribu wisatawan.

Optimisme ini bukan tanpa sebab. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan tak ada yang perlu diragukan lagi dari keindahan alam Papua. Hanya saja, promosi wisata memang perlu dilakukan lebih giat lagi untuk menarik minat wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.

"Kalau alam memang (Papua) bagus, tapi ini dibalut dengan kebudayaan. Semoga bisa lebih menarik," tambah Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

Hotel Story
4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

Hotel Story
5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

Jalan Jalan
Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com