Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor "Hammock Tower" Tertinggi Dunia Ada di Indonesia?

Kompas.com - 11/06/2015, 10:35 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Sebuah komunitas bernama Hammockers Indonesia berhasil memecahkan rekor susunan hammock tower (menara tempat tidur gantung) tertinggi di dunia. Rekor memasang hammock sebanyak 30 tingkat ini berhasil dipecahkan di Bumi Perkemahan Down Hill Cikole, Jawa Barat, Minggu (7/6/2015). Aksi pemecahan rekor ini dibantu oleh tim dari Indonesia Climbing Expedition dan sebuah brand hammock, Ticket to The Moon.

“Ide awal pemecahan rekor ini untuk meramaikan acara. Pertama kita cuma punya target 20 tingkat untuk mengalahkan rekor di Swiss. Kita undang tim ahli untuk membantu memasang,” kata Ketua Panitia Fun Gathering Hammockers Indonesia, Ryan Akbarulloh kepada KompasTravel usai acara di Bumi Perkemahan Down Hill Cikole, Jawa Barat, (7/6/2015).

Ryan mengatakan untuk memecahkan rekor dunia dalam pemasangan hammock ini, ia telah melakukan riset melalui media sosial. Berbagai media sosial yang digunakan untuk riset adalah grup Facebook dan Instagram.

“Ini rekor hammock tower tertinggi di dunia. Kita sudah riset di grup Hammockers Europe, Hammock Camping, dan Hammock Town,” kata Ryan.

Hasil riset yang dilakukan, ia mendapatkan sejarah pemecahan susunan hammock bertingkat di dunia. Rian menyebutkan bahwa sebuah komunitas bernama Kampung Hammock di Bandung pernah membuat setinggi 11 tingkat. Sementara rekor tersebut dipecahkan kembali oleh Komunitas Backpacker Samarinda yaitu 13 tingkat dan di Swiss yaitu 18 tingkat.

Deden Wahyudin, Chaesar Prasmastha, dan Ahmad Dadan dari Indonesia Climbing Expedition adalah tim yang memasang hammock bertingkat di pohon pinus Bumi Perkemahan Down Hill Cikole. Ia menceritakan saat-saat pemasangan hammock yang menjadi rekor dunia ini.

“Kita pasang mulai jam setengah dua pagi sampe jam delapan pagi. Total 6.5 jam. Tinggi hammock ini mencapai 25 meter,” kata salah satu anggota tim Indonesia Climbing Expedition, Deden Wahyudin kepada KompasTravel seusai pemasangan hammock.

Ia mengaku pemasangan tali penambat di pohon pinus untuk naik memakan waktu hingga dua jam. Ketika proses pemasangan pada malam hari, Deden bersama anggota tim lain dibantu oleh cahaya penerangan lampu sorot. Sementara, mereka memasang 30 hammock pada malam hari tanpa tidur.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Suasasa di Bumi Perkemahan Down Hill Cikole, Lembang, Jawa Barat, Minggu (7/6/2015).

Pantauan KompasTravel, para tim menggunakan teknik ascending (menaiki) yaitu jummaring. Perlengkapan yang digunakan yaitu tali prusik, jummar, seat harnes, footloop, helm, dan carbinner. Dua orang naik di sisi kanan dan kiri untuk mulai mengaitkan tali hammock ke pohon.

Kemudian setelah berhasil dipasang, 30 orang mulai naik dengan bantuan tali dan orang yang mengamankan di sisi lain. Perlahan tapi pasti, setiap orang mulai berhasil menaiki dan menempati hammock dengan menggunakan pengaman berupa tali prusik yang tersambung di tali dan pinggang.

Hammock adalah tempat tidur gantung yang terbuat dari kain dengan berbagai bahan yang digunakan. Hammock banyak digunakan oleh wisatawan untuk bersantai saat berkemah ataupun berwisata. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat hammock seperti kain katun, kain ikat, nilon parasut, tali, dan bahan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com