Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyaksikan "Perjodohan" Dua Benua Lewat Seni Lukis Modern di Singapura

Kompas.com - 30/03/2016, 12:20 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com -- Mendiang Pablo Picasso, seniman asal Spanyol, menggebrak dunia seni modern Eropa dengan lukisan abstrak beraliran kubisme.

Dari Perancis, Henri Matisse menuai kritik keras karena sapuan warna-warna cerah dan ekspresif dalam karyanya.

Sementara itu, di Asia ada Affandi, yang teknik melukisnya tak biasa, yaitu dengan menumpahkan cat ke kanvas dan menggoresnya dengan menggunakan punggung tangan.

Lalu, Galo B Ocampo, yang menyentil melalui lukisan berjudul Brown Madonna, yang menampilkan Madonna sebagai orang Filipina berkulit coklat.

Sama-sama menelantarkan realisme dan naturalisme demi gaya baru, keempat pelukis Eropa dan Asia itu memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan seni modern.

Karya-karya para pelukis dari dua benua dengan karakter masing-masing itu "dijodohkan" dalam pameran Reframing Modernism pada 31 Maret-17 Juli 2016 di National Gallery Singapore (NGS), yang beralamat di 1 Saint Andrew's Road, Singapura. 

"Perjodohan" tersebut dilakukan agar para pengunjung bisa melihat hubungan antarkarakter itu.

Contohnya, Maka Lahirlah Angkatan 66 (1966) karya S Sudjojono disandingkan dengan lukisan Edouard Pignon, The Dead Worker (1936).

Diterangkan oleh kurator National Gallery Singapore, Phoebe Scott, karya-karya kedua pelukis tersebut terhubung oleh satu hal.

"Lukisan S Sudjojono dan Edouard Pignon konsepnya isu sosial," tuturnya.

Sudjojono, bapak seni lukis modern Indonesia, disebut muak terhadap lukisan keindahan dan eksotisme pada masanya. Ingin "memberontak", ia tuangkan sapuan cat bernapaskan perjuangan kemerdekaan di kanvas.

Sementara itu, obyek "perjuangan" ala Pignon adalah figur kaum buruh.

Ada pula lukisan pernis berjudul The Fairies (1936) karya Nguyen Gia Tri dari Vietnam dan Interior in Yellow and Blue (1946) karya Henri Matisse, yang menjadi pembuka pameran.

Melangkah ke galeri selanjutnya, karya-karya yang dipengaruhi kaligrafi China dari pelukis asal Thailand, Tang Chang, terpajang berdampingan dengan lukisan Jean Dubuffet, yang bertekstur humanis.

Terdapat juga hasil goresan kuas seniman Malaysia, Latiff Mohidin, berjudul Pago-pago, dipajang bersisian dengan lukisan Jean-Michel Atlan, La Kahena.

Secara keseluruhan ada 217 karya 51 pelukis dari Asia Tenggara dan Eropa, yang diperoleh dari hasil kurasi tiga kurator senior dari NGS dan Centre Pompidou di Paris, Perancis, selama dua tahun.

Reframing Modernism mengajak untuk menyelami karya-karya seni modern serta gagasan-gagasan di baliknya, menyaksikan hubungan beragam gaya dan karakter para senimannya pada era 1900-an hingga 1980-an.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com