Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Jam Jalan Kaki Keliling Kota Paris

Kompas.com - 09/05/2016, 16:18 WIB
Heru Margianto,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengunjungi Paris, dan kota-kota Eropa lainnya, di musim semi adalah waktu terbaik. Udara dingin tidak menggigit, panas matahari pun tidak menyengat.

Udara terasa sejuk, langit di atas sana biru bersih tanpa awan berserak. Bunga-bunga di taman pun mekar penuh warna berseri indah dipandang mata.

Apalagi yang paling baik untuk menikmati cuaca yang bersahabat ini kecuali jalan kaki keliling kota. Beruntung, seorang teman yang saya kunjungi di sana bersedia menemani saya jalan.

Paris bukan kota yang bersih. Singapura jauh lebih bersih. Namun, jalan kaki di kota itu tetaplah terasa nyaman meski trotoarnya tidak selebar Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin di Jakarta. Jalan-jalan kotanya kecil, tapi kendaraan yang melintas tidak terasa mengganggu. Tidak ada bau asap kendaraan yang menyengat.

"Pemerintah kota menjaga betul tingkat polusi udara. Kalau polusi sudah mencapai ambang batas yang ditentukan, kendaraan pribadi diliburkan, enggak boleh ada yang keluar. Gantinya, angkutan umum digratiskan," cerita teman saya yang sudah lima tahun tinggal di kota itu.

Jika Anda hanya punya waktu 12 jam di Paris, tempat-tempat ini dapat dikunjungi dengan berjalan kaki santai banget selama 12 jam diselingi makan siang, nongkrong di kafe pinggir jalan, dan nongkrong di taman. Saya mengabaikan mengunjungi Eifel karena sudah terlalu mainstream.

Kami memulai perjalanan dari kediaman teman saya di kawasan Jalan de Bac (Rue de Bac), kota lama Paris di sisi kiri Sungai Seine pukul 08.00 dan kembali pulang sekitar pukul 20.00.

1. Kapel Medali Wasiat

Perjalanan saya mulai dengan mengunjungi Kapel Medali Wasiat (chapel miraculous medal). Ini adalah kapel kecil yang berada di dalam biara suster-suter Putri Kasih. Bagi penganut agama Katolik kapel ini istimewa karena menyimpan cerita tentang orang suci bernama Katarina Laboure. Ia mendapat gelar santa (orang kudus) dari Vatikan pada 1947.

Dikisahkan, Katarina mendapat penampakan Bunda Maria saat menjadi biarawati di tempat ini. Dalam penampakannya, Bunda Maria meminta Katarina membuat medali yang ditunjukan padanya yang dikenal sekarang sebagai medali wasiat.

Selama empat puluh lima tahun hidupnya sebagai biarawati, Katarina menyimpan cerita penampakan ini. Ia hanya bercerita kepada pastor pembimbingnya. Ia menghabiskan hidupnya merawat mereka yang tua dan sakit di Rumah Lansia Enghien di Paris.

Setelah wafat pada 31 Desember 1876, cerita Katarina disampaikan kepada komunitas biara. Jasad Katarina diawetkan dan disemayamkan di kapel biara itu. Banyak orang dari penjuru dunia datang berdoa di kapel tersebut.

2. Kapel Santo Vincentius

Tak jauh dari Kapel Medali Wasiat, di Rue de Sevres, berdiri sebuah gereja yang didedikasikan kepada Santo Vincentius. Di dalam gereja itu juga disemayamkan jasad Santo Vincentius. Alamatnya di 95 Rue de Sevres. Banyak orang dari penjuru dunia juga datang ke tempat ini untuk berdoa.

Dalam tradisi Katolik, Vincentius termasuk tokoh besar. Ia lahir di Pouy, Perancis 24 April 1581 dan meninggal di Paris, 27 September 1660. Ia dikenal sebagai “Bapak orang Miskin” karena mendedikasikan hidupnya untuk melayani orang-orang miskin.

Di Jakarta, namanya digunakan sebagai nama Panti Asuhan di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dan Jalan Otista, Jakarta Timur.

3. Gereja Saint Sulpice

Jika ada pecinta novel Da Vinci Code karya Dan Brown, jangan lewatkan untuk menyambangi Gereja Saint Sulpice. Letaknya hanya 1 km dari Kapel Santo Vincentius. Diceritakan dalam Da Vinci Code, gereja ini adalah satu-satunya gereja yang dilewati garis mawar, yaitu garis yang membelah Perancis menjadi barat dan timur.

Gereja Saint Sulpice adalah gereja terbesar kedua setelah Notre Dame. Gereja ini awalnya adalah adalah gereja kecil bergaya gotik dengan menara-menara lancip ke atas yang dibangun pada abad ke-13. Pada abad ke-16 gereja ini direnovasi. 

Bagian depannya dibuat bergaya romawi dengan pilar-pilar besar. Bagian dalamnya dihiasi lukisan bergaya barok, sebuah seni lukis yang berkembang di abad ke-16 yang banyak menampilkan lukisan detail yang mengisahkan sebuah cerita.

4. Taman Luxembourg

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com