Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Permainan Tradisional di Aceh

Kompas.com - 19/05/2016, 07:41 WIB

SEIRING perkembangan teknologi, permainan tradisional pelan-pelan tersingkir dari dunia kanak-kanak. Egrang, patok lele, dan sambar elang digusur playstation dan gawai. Padahal, permainan tradisional bukan sebatas hiburan.

Terdapat beragam nilai luhur di dalamnya, seperti membangun kekompakan, relasi sosial, jujur, keberanian, dan kepedulian.

Suara derap langkah anak-anak berlari disambut tepuk tangan membahana dari sudut meunasah (musala) di Desa Nusa, Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Sabtu (16/4/2016) petang.

Anak-anak itu tengah bermain balapan sepatu batok kelapa. Batok kelapa kering dilubangi di bagian tengah, lalu dimasukkan tali plastik.

Puluhan anak usia sekolah dasar tertawa terbahak-bahak menyaksikan teman yang lain bermain sepatu batok kelapa. Apalagi saat peserta nyaris terjatuh karena batok pecah, atau saat ada peserta yang terseok-seok berjalan menggunakan batok. Suasana desa yang biasa sepi, hari itu tampak riang.

Hari itu, penduduk desa mengadakan perlombaan permainan tradisional, seperti lomba lari dengan alas batok kelapa, galah atau sambar elang, dan patok lele. Peserta lomba semua anak-anak Desa Nusa. Tiga jam sebelum acara dimulai, anak-anak sudah memenuhi halaman meunasah.

”Aziz, Aziz,” teriak penonton memberi dorongan semangat.

Aziz (9), bocah berkulit gelap itu, tertinggal jauh dari rekannya. Saat Imam Sadikin (11) mencapai garis finis, Aziz masih tertatih-tatih di urutan paling belakang. ”Walaupun kalah, yang penting tetap berusaha,” ujar Aziz yang finis juru kunci.

KOMPAS/ZULKARNAINI Beberapa pemuda bermain galah di Desa Nusa, Lhoknga, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (16/4/2016). Permainan tradisional seperti bermain sepatu batok kelapa, engrang, galah, dan patok lele kini semakin jarang dimainkan. Padahal, permainan tersebut merupakan warisan budaya asli Indonesia.
Seusai lomba berjalan dengan alas batok kelapa, dilanjutkan dengan permainan sambar elang. Arena bermain digeser ke tanah lapang berumput. Lapangan permainan terdiri atas enam kotak persegi. Garis kotak-kotak itu dibuat dengan taburan pasir.

Permainan sambar elang mempertandingkan dua tim. Satu tim terdiri atas enam orang. Tim pertama harus mampu melewati enam kotak tersebut. Lalu, kembali ke posisi semula tanpa dapat disentuh oleh tim lawan yang bertugas menjaga di setiap kotak.

Permainan ini mengandalkan ketangkasan dan kelihaian membuka ruang bagi teman satu tim.

Puluhan

Snock Hurgronje dalam bukunya Aceh di Mata Kolonialis (1985) menyebutkan, Aceh memiliki puluhan permainan tradisional. Setiap kelompok usia memiliki permainan sendiri.

Dalam bukunya, Snock mencontohkan, anak-anak perempuan bermain simbang. Alat permaianan berupa batu-batu kecil sebesar jempol.

Cara bermainnya sangat sederhana, tapi butuh kecepatan tangan. Saat batu dilempar ke udara, tumpukan batu yang lain di lantai harus bisa diambil dengan satu gerakan, dan harus menangkap batu yang dilempar dengan tangan yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com