Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi Toleransi Aceh-Tionghoa di Kampung Peunayong

Kompas.com - 29/12/2017, 19:01 WIB
Jalu Wisnu Wirajati

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Kampung keberagaman Peunayong di Banda Aceh membuktikan bahwa penduduk Muslim di provinsi "paling Islam" di Indonesia sekalipun juga bisa moderat.

Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam. Kepastian tersebut terhitung sejak disahkannya Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 yakni pada masa pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Meski begitu, bukan berarti Aceh menjadi tempat yang kaku untuk non-Muslim.

Baca juga : Belajar Toleransi Agama dari Muslim di Hongkong

Ya, setidaknya potret dari pernyataan tersebut bisa dilihat dan dirasakan di Kampung Peunayong, Banda Aceh.

Peunayong lebih akrab dengan sebutan Kampung Cina. Di dalamnya terdapat pemukiman warga Tionghoa, mulai dari yang Muslim, Kristiani, hingga Buddha.

Baca juga : Turis Muslim Dunia Lebih Senang ke Malaysia, Ini Kelemahan Indonesia

Tidak hanya itu, di kampung ini juga terdapat Kelenteng (Wihara) tertua di Asia Tenggara dan pusat perniagaan Peunayong.

Nurmala (51 tahun) merupakan salah satu warga Tionghoa non-muslim yang tinggal dan mencari nafkah di Kampung Cina dengan menjual tahu.

Transaksi Nurmala (kanan) yang berjualan tahu dengan pelanggannya di pasar Peunayong, Desember 2017.BolaSport.com/Segaf Abdullah Transaksi Nurmala (kanan) yang berjualan tahu dengan pelanggannya di pasar Peunayong, Desember 2017.

Menurut sejumlah warga Banda Aceh, lapak tahu Nurmala menjadi yang paling ramai pembeli.

Diplomasi hangat antaretnis pun terjalin, lapak jualan Nurmala didominasi pembeli ibu-ibu berjilbab.

"Saya berjualan di sini setelah tsunami Aceh 2004. Selama itu, tidak ada yang pernah bertanya tahu saya halal atau haram," ucap Nurmala kepada Kompas.com pada awal Desember 2017.

"Tentu, saya menjual tahu halal. Saya pikirkan itu karena pelanggan saya mayoritas Muslim," tutur dia.

Sementara Hendi (31), memilih membuka usaha kedai kopi di sekitar pasar. 

Diketahui, kedai kopi yang bernama Amin tersebut merupakan usaha turun-temurun keluarganya.

Suasana kedai kopi Amin di Peunayong, pagi awal Desember 2017.BolaSport.com/Segaf Abdullah Suasana kedai kopi Amin di Peunayong, pagi awal Desember 2017.

Pria yang juga keturunan Cina itu pun mengaku tidak ada intimidasi yang dirasakannya sejak dia dan keluarga menetap pada awal 1990.

"Kami hidup seperti biasa. Warga Muslim ramai datang ke sini. Biasanya pagi dan sore," ujar Hendi.

"Di sini aman dan nyaman. Kami hidup rukun dan damai. Kadang, saudara saya dari Medan datang, mereka heran melihatnya," kata dia.

Tercatat, persentase kaum minoritas di Aceh hanya sebesar dua persen dari total lima juta lebih penduduk. (Segaf Abdullah/BolaSport.com) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com