KOMPAS.com - Tidak jauh dari Stasiun Gambir dan Monas, Jakarta Pusat masyarakat dapat menjumpai Tugu Tani yang merupakan salah satu ikon DKI Jakarta. Tugu Tani berada di tengah sebuah taman yang tertata rapi serta dikelilingi gedung-gedung tinggi.
Kawasan Tugu Tani tidak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan, lantaran merupakan simpul penghubung kawasan Gambir, Monas, Cikini, Menteng, dan Pasar Senen di Jakarta Pusat.
Baca juga:
Alamatnya berada di Jalan Menteng Raya Nomor 1, Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satu landmark ibu kota ini ternyata menyimpan makna dan nilai sejarah yang menarik untuk dketahui. Penasaran? Simak ulasannya berikut ini.
Berikut sejumlah fakta Tugu Tani di Jakarta Pusat seperti dihimpun Kompas.com.
Tugu Tani merupakan patung yang terbuat dari perunggu, seperti dikutip dari Kompas.com (15/2/2023).
Bentuk fisik Tugu Tani adalah figur seorang wanita, bersanggul dan mengenakan kebaya. Patung wanita itu tampak memberikan bekal makanan kepada figur seorang pria yang berdiri tegak dengan mengenakan caping.
Patung pria itu tampak membawa senjata laras panjang lengkap dengan belati.
Terdapat sebuah prasasti dalam bahasa Indonesia di podium Tugu Tani, seperti dilansir dari laman Indonesia.go.id. Tulisan dalam prasasti itu berbunyi "Hanya bangsa yang dapat menghargai pahlawan-pahlawannya yang dapat menjadi bangsa besar."
Tugu Tani memiliki nama asli Patung Pahlawan. Namun, masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Tugu Tani atau Patung Pak Tani.
Penyebutan ini mengacu pada bentuk fisik Tugu Tani, yakni seorang pria yang memakai caping, yakni penutup kepala yang biasa digunakan petani Indonesia.
Baca juga:
Bukan sekadar patung biasa, ternyata Tugu Tani merupakan hadian dari pemerintah Uni Soviet kepada Presiden Soekarno, seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id. Tugu Tani diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 1963 sebagai bukti hubungan kuat antara Indonesia dan Uni Soviet kala itu.
Lihat postingan ini di Instagram