Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Nias Mulai Pulih

Kompas.com - 12/07/2009, 14:05 WIB

TELUK DALAM, KOMPAS.com — Setelah empat tahun tsunami dan gempa bumi meluluhlantakkan Pulau Nias, sektor pariwisata di pulau tersebut mulai pulih. Daerah tujuan wisata di Nias Selatan, seperti Pantai Lagundri dan Sorake, mulai kembali ramai dikunjungi wisatawan asing yang ingin berselancar di kedua pantai tersebut.

Warga di sekitar Lagundri dan Sorake juga kembali membangun home stay atau bungalow di pinggir pantai. Namun seiring pulihnya sektor pariwisata di Pulau Nias, pemerintah daerah masih dirasakan kurang mendukung. Menurut salah seorang pemilik home stay, Timotius Wau, setelah tsunami dan gempa bumi, banyak persepsi yang salah tentang Pulau Nias di kalangan wisatawan asing.

"Mereka menduga semuanya hancur. Penginapan dan rumah-rumah penduduk hancur total sehingga mereka mengira tak bisa lagi mendapatkan tempat tinggal jika pergi ke Nias. Padahal tidak semuanya hancur. Selain itu, para peselancar asing itu juga mengira karang-karang di pantai telah naik semua ke permukaan sehingga ombak yang bagus tak ada lagi," kata Timotius di Teluk Dalam.

Seiring dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias, menurut Timotius, Pulau Nias, terutama Nias Selatan, kembali ramai dikunjungi wisatawan asing. Mereka, lanjut Timotius, kembali bisa menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri untuk berselancar. Selain Sorake dan Lagundri, dua pantai yang terkenal sebagai salah satu tempat berselancar terbaik di dunia, kawasan lain di Pulau Nias juga mulai dilirik wisatawan.

Menurut Timotius, rata-rata wisatawan asing tersebut datang ke Pulau Nias memang untuk berselancar. Beberapa pulau di sekitar Pulau Nias, seperti Pulau Asu, menjadi tujuan wisata baru. Mereka mencari pantai yang indah dengan ombak yang bagus untuk berselancar.

Timotius menyayangkan Pemkab Nias Selatan yang tak melihat peluang kembali menghidupkan sektor pariwisata di daerahnya. "Tak ada dukungan pemda sama sekali. Lihat saja tempat-tempat sampah di Pantai Sorake. Kami sendiri yang menyediakannya. Pemda malah tak berbuat. Padahal, turis-turis asing tersebut paling anti melihat sampah plastik bertebaran di sekitar pantai," ujar Timotius yang juga bekerja sebagai fotografer bagi para peselancar asing ini.

Salah seorang pemilik home stay di Sorake lainnya, Ina Kristov, mengakui, dibanding sebelum tsunami dan gempa bumi, kondisi sekarang memang masih belum apa-apa. "Dulu sebelum tsunami, kami terpaksa menolak turis domestik untuk menginap di sini. Kami dulu memprioritaskan turis asing. Sekarang kami tak lagi membeda-bedakan pengunjung untuk menginap di sini," ujarnya.

Dia mengungkapkan, perlahan memang kondisi pariwisata di Nias Selatan mulai pulih. Ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya turis asing yang datang. Jika sebelum tsunami dan gempa bumi, turis asing yang datang mayoritas dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Kini, turis dari negara-negara lain, seperti Brasil dan Perancis pun, mulai berdatangan menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri.

Menurut salah seorang turis asal Sydney, Australia, Adam, kelebihan Sorake dan Lagundri dibanding pantai-pantai lain di Indonesia yang memiliki ombak bagus untuk berselancar adalah aksesnya yang relatif mudah.

"Kami sudah pernah mengunjungi pantai-pantai di Indonesia yang ombaknya bagus untuk berselancar. Seperti di Lombok. Tetapi di Lombok, kami harus berjalan jauh sebelum bisa menemukan pantai dengan ombak yang bagus. Di Sorake, kami tinggal berjalan sebentar dari penginapan sebelum mendapatkan ombak yang bagus," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tips Berkunjung ke Pasar Antik Cikapundung, Siapkan Uang Tunai

4 Tips Berkunjung ke Pasar Antik Cikapundung, Siapkan Uang Tunai

Jalan Jalan
Pasar Antik Cikapundung, Tempat Pencinta Barang Lawas di Bandung

Pasar Antik Cikapundung, Tempat Pencinta Barang Lawas di Bandung

Jalan Jalan
KONI Dorong Kota Malang Menjadi Destinasi Sport Tourism

KONI Dorong Kota Malang Menjadi Destinasi Sport Tourism

Travel Update
Koryu Space Japan Foundation: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk

Koryu Space Japan Foundation: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk

Travel Tips
Koryu Space Japan Foundation, Working Space Gratis di Jakarta

Koryu Space Japan Foundation, Working Space Gratis di Jakarta

Travel Update
 Legaran Svarnadvipa di Tanah Datar Sumbar, Pertunjukkan Seni untuk Korban Bencana

Legaran Svarnadvipa di Tanah Datar Sumbar, Pertunjukkan Seni untuk Korban Bencana

Travel Update
Pengalaman ke Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung, Menyejukkan Mata

Pengalaman ke Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung, Menyejukkan Mata

Jalan Jalan
Taman Sejarah Bandung: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Taman Sejarah Bandung: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Antik Cikapundung di Bandung Naik DAMRI dan Angkot

Cara ke Pasar Antik Cikapundung di Bandung Naik DAMRI dan Angkot

Travel Tips
Larangan 'Study Tour' Disebut Tak Berdampak pada Pariwisata Dieng

Larangan "Study Tour" Disebut Tak Berdampak pada Pariwisata Dieng

Travel Update
Daftar Tanggal Merah dan Cuti Bersama Juni 2024, Bisa Libur 4 Hari

Daftar Tanggal Merah dan Cuti Bersama Juni 2024, Bisa Libur 4 Hari

Travel Update
Ada Anggapan Bali Dijajah Turis Asing, Menparekraf Tidak Setuju

Ada Anggapan Bali Dijajah Turis Asing, Menparekraf Tidak Setuju

Travel Update
Ada Kecelakaan Bus 'Study Tour' Lagi, Sandiaga: Akan Ada Sanksi Tegas

Ada Kecelakaan Bus "Study Tour" Lagi, Sandiaga: Akan Ada Sanksi Tegas

Travel Update
Jadwal Kereta Wisata Ambarawa Relasi Ambarawa-Tuntang Juni 2024

Jadwal Kereta Wisata Ambarawa Relasi Ambarawa-Tuntang Juni 2024

Travel Update
Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com