Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilimanjaro, Taman Nasional Tanpa Sampah

Kompas.com - 06/11/2009, 08:03 WIB

Diah Bisono

Berada 340 km selatan garis ekuator, Gunung Kilimanjaro merupakan salah satu dari tiga gunung beratapkan salju abadi di garis khatulistiwa, selain Cayambe di Ekuador dan puncak Jaya di Indonesia.

Sebagai obyek utama di Tanzania dan simbol dari negara-negara Afrika Timur, pada tahun 1973 kawasan Kilimanjaro dijadikan Taman Nasional, dan pada tahun 1987 Kilimanjaro National Park (KINAPA) diakui sebagai Warisan Alam Dunia oleh PBB. Saat ini, kawasan Kilimanjaro dengan Puncak Kibo (5.895 m dpl) sebagai atap tertinggi benua Afrika, dikunjungi lebih dari 35.000 pengunjung setiap tahun.

Berbagai kemudahan akses, akomodasi, keamanan, serta jasa pemandu profesional, memungkinkan semakin banyak orang menikmati keindahan alam yang semakin langka ini. Kilimanjaro sebagai warisan alam dunia berbenah diri dan dalam 4 tahun terakhir kunjungan wisatawan meningkat lebih tiga kali lipat. Manakjubkan.

Mengamati pengelolaan alam di Kili, perjalanan dalam misi ”Kilimanjaro for Lupus” ini terus membuat takjub dan iri hati. Tanzania, negara berkembang dengan lebih 30 persen penduduknya di bawah garis kemiskinan, mampu berdisiplin tinggi. Gerbang Marangu merupakan satu dari 7 rute pendakian ke puncak Kilimanjaro di ketinggian 1.800 m. Bangunan kantor pengelola berisi 3 petugas dipenuhi para calon pendaki yang antre rapi.

Di depannya kios kecil, berisi lengkap kebutuhan pendakian hingga dagangan suvenir. Fasilitas kamar mandi duduk dan area piknik tertata rapi dan bersih, empat papan pengumuman pendakian, larangan, imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran tulisan yang mudah dibaca.

Seluruh bangunan teridentifikasi dengan papan tunjuk yang jelas. Tidak terlihat tong sampah, tetapi tidak kami temukan satu pun sampah tercecer. Para pemandu dengan andal membantu kami registrasi dan mengatur logistik bersama 26 pengangkut barang, koki, dan asisten pemandu yang sebagian besar merupakan suku Chagga, suku terbesar di kawasan Kilimanjaro.

Suasana alam yang murni sepanjang 70 km perjalanan naik-turun kami rasakan demikian dalam. Flora-fauna yang kami temui tampak tenang tidak terusik. Area piknik berupa meja bangku kayu, pondok WC yang bersih dan terawat di setiap 5-7 km perjalanan, 3 pondok pendaki berkapasitas 70 orang di Mandara, 148 orang di Horombo serta 58 orang di Kibo siap menyambut.

Pemandu

Tiap pondok berstruktur segitiga dengan tempat tidur susun untuk 4-10 pendaki merupakan bangunan kayu dengan alas tidur dan bantal. Pondok itu cukup membuat tidur kami lebih nyaman dibandingkan di tenda. Selain itu, tersedia WC dengan air melimpah, aula makan, dapur umum serta pondok khusus pemandu dan porter, ditambah panel matahari yang siap menerangi setiap ruang setiap malamnya.

Fasilitas baik tanpa kedisiplinan pengguna, apalah artinya. Di KINAPA para pemandu memegang kunci utama dalam pengelolaan taman nasional. Dengan sistem pengategorian pemandu versus imbalan, mereka dituntut terus meningkatkan kemampuan pelayanan, pengetahuan alam, pengetahuan teknis pendakian dan penyelamatan, serta kemampuan berkomunikasi dan berbahasa.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com