Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adopsi Wayang di Panggung the Lion King

Kompas.com - 10/03/2011, 07:38 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com — Pertunjukan drama musikal spektakuler the Lion King yang berawal di panggung Broadway, New Amsterdam Theater, sudah berjalan selama 14 tahun. Julie Taymor, sang sutradara, pun telah mendapat pengakuan dunia atas kecakapannya mengadopsi film animasi produksi Disney tersebut ke panggung teater.

Selama itu pula, the Lion King sudah mendapatkan setidaknya 70 penghargaan internasional untuk pertunjukan teater. Bahkan, diyakini, lebih dari 50 juta orang dari seluruh penjuru dunia sudah menyaksikan suguhan mengagumkan tersebut.

Sungguh tak bisa disangkal, kemasyhuran pertunjukan ini telah dikenal banyak orang di dunia. Akan tetapi, berapa banyak orang yang tahu bahwa pementasan yang aslinya kental membawa budaya Afrika ini ternyata mengadopsi banyak aspek dari budaya Indonesia?

Selama lima tahun, Julie Taymor menjalani waktunya di Indonesia untuk memperdalam pemahamannya terhadap kesenian wayang kulit, wayang orang, tari topeng, dan ornamen-ornamen dalam kesenian itu.

John Stefaniuk yang menjadi associate director dalam pementasan di Singapura, Rabu (9/3/2011) kemarin, mengakui, banyak gerakan dan koreografi dalam pementasan ini yang mengadopsi elemen tari Jawa. "Bagaimana boneka macan itu dijalankan oleh si aktor agar menunjukkan sisi kekuatan dari seekor binatang, itu sangat dipengaruhi oleh tarian Jawa," kata Stefaniuk.

Dalam pementasan semalam, nuansa Indonesia dapat dirasakan dengan jelas di tengah dominasi budaya Afrika yang begitu kental. Pada adegan pembuka, misalnya. Saat tokoh Scar, adik Mufasa, sedang mengeluhkan hidupnya yang dirasa tak adil, di belakangnya terbentang layar gelap dengan refleksi seekor tikus berjalan di atas tanah.

Sosok tikus itu—dan juga jerapah dan banteng pada adegan lain—terlihat sebagai siluet atau bayangan hasil refleksi yang dipantulkan ke arah layar. Bagi orang Indonesia, mereka tentu akan langsung mengerti, teknik ini selalu ditemukan pada pertunjukan wayang kulit di Jawa.

Adopsi wayang tak berhenti sampai di situ. Ada tokoh Zazu, burung Enggang yang menjadi ajudan Mufasa si raja rimba. Zazu yang muncul pada hampir seluruh penggalan cerita di pementasan ini ditampilkan seperti wayang golek.

Zazu terbang ke sana kemari, mengepakkan sayap, dan berbicara dengan paruhnya yang lebar berkat atraksi seorang "dalang" yang mengenakan pakaian gelap. Pemandangan ini mengingatkan kita pada tokoh Cakil, misalnya. Zazu dapat berbicara dengan paruh yang bergerak dan sayap yang mengepak berkat sebilah tongkat yang melekat pada bagian-bagian itu. Cara penyajian ini pun diterapkan pada berbagai adegan yang menampilkan burung terbang atau rusa yang berlarian.

Belum lagi cara berjalan sejumlah peran dalam pementasan ini. Mungkin bisa dirasakan sebagai adopsi dari wayang orang atau tarian-tarian di Jawa. Mereka melangkah lembut sambil menggeser telapak kaki sejajar permukaan lantai, lalu sesekali mengangkat kakinya tinggi, dan kembali diturunkan perlahan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com