Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksotisme Ukiran Kayu Jati

Kompas.com - 21/07/2011, 07:13 WIB

NGAWI, KOMPAS.com — Jika diolah, bongkahan kayu jati mempunyai nilai estetika yang tinggi. Jati (Tectona grandis) dapat dikreasi menjadi buah tangan yang sangat berharga di kota Ngawi, Jawa Timur.

Ketika Tim Gowes Jurnalistik: Pantau Mudik Jakarta-Surabaya 2011 melintas di Jalan Raya Ngawi-Solo, tepatnya di Kilometer 16 Banjar Rejo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terdapat sebuah galeri yang bernama Boga Jati. Di tempat itu, Anda akan tergoda dengan beraneka pahatan serta ukiran kayu jati yang ditawarkan.

Tim Gowes sempat mengunjungi galeri tersebut untuk memandangi satu persatu hasil kerajinan tangan dengan beraneka bentuk itu. Suvenir berupa gelas, asbak, guci, miniatur kapal, kuda, sepeda motor, hingga asbak rokok dapat ditemui di tempat tersebut.

"Ada juga beberapa perlengkapan perabot rumah tangga, seperti meja, lemari, dan kursi. Bisa juga model lain, tapi biasanya harus pesan dulu ke kita," ujar Ibu Narko (47), pemilik galeri tersebut, Rabu (20/7/2011).

Beragam hasil olahan kayu jati tersebut dibuat para perajin setempat yang rata-rata diambil dari sekitar Desa Ngawi dan hutan Randu Blatung. Sebelum dibentuk, kata Ibu Narko, bongkahan kayu itu terlebih dulu dipisahkan dari akar dan rantingnya, kemudian diolah dengan cara diukir atau dipahat sesuai bentuk yang diharapkan.

"Biasanya kalau pesanan dengan ukiran yang rumit kita minta pemahat dari Jepara karena mereka lebih paham, dan ukirannya juga bagus-bagus," ujarnya.

Ibu Narko menuturkan, untuk pemasaran ukiran-ukiran tersebut, dirinya masih bertumpu dari pengunjung yang kebetulan melintas di jalan raya yang penuh tikungan tersebut. "Dari situ biasanya mulut ke mulut, jadi tahu-tahu nanti ada yang nelpon untuk mesan dari daerah lain. Untuk daerah Ngawi juga banyak sih pesanannya," kata ibu yang sudah memulai usahanya sejak 2005 ini.

Sementara itu, keuntungan usaha kayu jati ini pun bisa dibilang lumayan. Ibu tiga anak itu mengaku, dalam tiga bulan, ia bisa mengumpulkan keuntungan Rp 5 juta-Rp 7 juta. Menurutnya, walaupun hasil kayu jati di Ngawi sudah berkurang, hal tersebut tidak memengaruhinya untuk tetap berjualan.

"Biasanya satu pohon jati butuh waktu 12-13 tahun untuk tumbuh. Selain itu pengolahannya juga cukup rumit, jadi wajarlah kalau harga jualnya agak mahal karena kualitasnya juga sudah teruji," tuturnya.

Suyatno (53), salah satu perajin asal Jepara di galeri tersebut, mengungkapkan, nilai lebih dari pohon jati adalah seluruh bagian dari pohonnya sangat kuat. Bahkan, dari gembol (akar) pun dapat diolah menjadi kerajinan yang juga mempunyai nilai jual sangat tinggi.

"Gembol-nya itu justru paling kuat daripada batangnya. Apalagi, di bagian itu cukup dibiarkan natural saja jadi tidak perlu memahat susah-susah. Cukup dipelitur supaya lebih mengilap agar lebih bagus warnanya," ujar Suyatno.

Bapak dua anak itu juga menuturkan, struktur kayu jati juga mempunyai daya tahan yang tinggi. "Kayu jati ini paling kuat, sampai tujuh turunan juga pasti masih awet dan mau direndam berapa tahun di laut juga tidak bakal busuk," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

    Jalan Jalan
    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

    Travel Update
    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

    Travel Tips
    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

    Travel Update
    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

    Travel Tips
    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

    Travel Update
    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

    Travel Tips
    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

    Travel Tips
    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

    Travel Update
    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

    Travel Update
    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

    Travel Update
    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

    Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

    Travel Update
    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com