Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketenangan Surgawi Pantai Pemuteran

Kompas.com - 28/02/2013, 09:46 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Hanya ada laut biru dan pasir putih. Lalu bantal-bantal empuk di tepian pantai seakan mengajak pengunjung untuk bermalas-malasan sembari menikmati semilir angin, aroma laut, dan deburan ombak.

Beberapa turis tampak asyik berjemur. Lainnya terlihat asyik berenang. Walau tak bisa dibilang sepi orang, namun rasa tenang merayap perlahan ke dalam hati. Tak ada suara-suara turis mabuk di tepi pantai atau gelak tawa yang terlalu kencang.

Seakan semua ingin merasapi ketenangan dan kenyamanan Pantai Pemuteran. Ya, sebuah gambaran sederhana tentang pantai di tepi Desa Pemuteran. Siapa sangka, jauh sebelum desa ini menjadi destinasi wisata, desa itu seakan “mati”.

Adalah I Gusti Agung Prana, seorang pria yang selama lebih dari dua puluh tahun menjadi pemandu wisata di Bali. Balik ke masa tahun 1980-an, ia biasa memegang tamu-tamu asing berkualitas. Mereka menginginkan sesuatu yang berbeda yang lebih menyentuh sisi budaya dan ekowisata.

Tahun 1989, Prana pun menemukan Desa Pemuteran di Bali bagian utara. Prana menuturkan sebagian besar penduduk yang menetap adalah orang-orang pelarian dari bencana letusan Gunung Agung di tahun 1963.

Desa itu begitu rusak karena keterbatasan ekonomi yang dihadapi penduduk setempat. Prana mengingat kondisi laut yang rusak parah karena penduduk mencari ikan dengan cara meracun ikan dan membom. Pun sama dengan kondisi tanah yang rusak karena tak terurus.

“Dari balik kerusakan yang parah dari Desa Pemuteran, inilah yang saya cari-cari,” tutur Prana.

Bersama-sama masyarakat setempat, pelan-pelan mereka membenahi Desa Pemuteran. Tak heran, saat ini desa tersebut dijuluki sebagai ekowisata yang berbasis pada lokalitas. Ya, masyarakat setempat berpegang peran dalam pelestarian alam yang pada akhirnya berdampak pada kunjungan wisata.

Candu ketenangan

Di Desa Pemuteran, wisatawan bisa menikmati aneka aktivitas wisata bahari. Sebut saja seperti snorkeling, jet ski, sampai melihat terumbu karang melalui kapal beralas kaca. Pun aktivitas diving juga menjadi pilihan.

Terumbu karang yang rusak perlahan-lahan tumbuh kembali. Ikan-ikan pun mulai banyak. Alam bawah laut Pemuteran menyajikan keindahan bagi para penyelam.

Untuk menjaga roda pariwisata di desa ini, berbagai pembatasan dilakukan masyarakat adat. Mulai dari operator diving yang dibatasi pun sampai jumlah hotel. Di desa ini hanya ada sekitar 12 hotel. Sisanya adalah homestay.

Hotel yang dibangun pun lebih berkonsep seperti vila. Contohnya adalah penginapan “Taman Sari” milik Prana. Setiap kamar berbentuk seperti cottage. Masing-masing kamar berjarak 10 meter. Hal serupa juga dijumpai di hotel lainnya.

Privasi dan ketenangan pun bisa didapatkan oleh tamu yang menginap di Desa Pemuteran. Makin terasa tenang karena Anda tak akan menemukan kelab malam maupun bar di desa ini. Hanya ada warung-warung sederhana dan kafe-kafe kecil.

Bukan berarti tak ada hiburan di malam hari. Masyarakat adat akan menyuguhkan berbagai kesenian tradisional bali setiap malam untuk wisatawan yang datang. Tambahan lagi bisa menginap di rumah penduduk ala homestay, menambah suasana Bali yang autentik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com