Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Kuning di Antara Orang Jar

Kompas.com - 23/10/2013, 11:51 WIB
MATAHARI hampir berada di atas kepala. Udara yang panas membuat lorong-lorong jalan kampung di Desa Nafar, Pulau Wokam, Kepulauan Aru, Maluku, siang pertengahan Juni itu sepi. Ridolf Selly (29) berdiri di depan pintu rumah bertelanjang dada. Sesekali ia menengok ke dalam rumah, mengawasi anaknya yang tidur siang dalam ayunan.

Berbeda dengan warga Aru atau orang Jar pada umumnya yang memiliki ciri fisik seperti warga Papua, kulit Ridolf lebih terang dan matanya lebih sipit. Ridolf memang memiliki darah China. Perkawinan campur antarawarga keturunan China dan warga Aru yang sudah berlangsung beberapa generasi membuat perbedaan fisik itu hanya akan terlihat jika diamati secara teliti.

Raut wajah keturunan China itu lebih terlihat pada ibu Ridolf, Martenci Chong (62). Martenci terlahir dari bapak asli China bernama Teng Lee dan ibu warga asli Aru. Meski memiliki marga China, Martenci lebih sering memakai marga Aru, yaitu Jerwi. Suami Martenci juga memiliki garis keturunan China. Namanya Alexander The (75) alias Alexander Selly. Selly adalah nama marga di Aru.

”Kami resmi menjadi warga negara Indonesia sejak 1975,” kata Martenci.

Karena penggunaan marga China ketika itu dilarang, warga akhirnya menggunakan nama-nama marga khas Aru. Walau zaman sudah berubah, tidak ada keinginan untuk menggunakan kembali marga China mereka.

Dari sekitar 200 keluarga di Nafar, hanya empat keluarga yang memiliki garis keturunan China. Nafar yang ada di Pulau Wokam, dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dengan perahu motor dari ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, Dobo, yang ada di Pulau Wamar.

Membaur

Kini, banyak warga berdarah China yang sudah tak paham lagi asal usulnya karena pembauran yang terjadi sejak dulu. Para orang tua juga jarang mengisahkan asal usul atau leluhur mereka. Kondisi ini pula yang dialami Ridolf, bungsu dari 10 bersaudara yang menikahi perempuan asli Aru.

Pekerjaan Martenci, ayah, maupun suaminya sama seperti pekerjaan umumnya warga Aru, yaitu berladang atau mencari hasil laut, bukan berdagang seperti warga keturunan Tionghoa di Nusantara.

”Tidak ada satu pun warga keturunan yang berdagang di sini,” tambah Ridolf.

Pekerjaan itu juga dijalani warga keturunan China yang ada di kampung-kampung lain di Kepulauan Aru. Hanya warga China di Dobo saja yang biasanya berdagang dengan membuka toko atau kios.

Bahasa mereka juga sama seperti warga Aru lainnya. Jarang di antara warga keturunan yang masih bisa berbahasa Mandarin. Rumah mereka pun hampir sama dengan rumah warga lainnya, tak ada pernak-pernik khas China.

Namun, sejumlah tradisi Tionghoa tetap dilakukan sebagian warga keturunan meski mereka telah memeluk agama Kristen, seperti membakar hio untuk menghormati leluhur atau membangun makam dengan ukuran besar. Kumpul-kumpul dengan sesama warga Tionghoa pun masih dilakukan walau sangat jarang.

”Kumpul-kumpul biasanya di Dobo,” kata Martenci yang mengaku belum pernah bepergian keluar dari Kepulauan Aru. Ini pula yang membuat ia tak memiliki keinginan menelusuri jejak leluhurnya, apalagi kembali ke negeri leluhurnya.

Jejak China di Kepulauan Aru juga mudah ditemukan di Dobo. Di kota ini juga ditemukan kawasan pecinan yang disebut masyarakat setempat sebagai Kampung China. Kampung ini berada di dekat pelabuhan dan menjadi pusat ekonomi di Aru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com