Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengais Berkah di Kawah yang Bergolak

Kompas.com - 25/11/2013, 10:06 WIB
DENGAN memikul keranjang kayu berisi bongkahan belerang seberat 90 kilogram, Cholik (45) berjalan tergopoh memasuki pos penimbangan di Paltuding, kaki Gunung Ijen, Jawa Timur, Senin (11/11/2013). Dia baru saja turun dari kawah yang berjarak 3,8 kilometer dari Paltuding.

Warga Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, tersebut merupakan satu dari sekitar 350 petambang belerang yang menyandarkan hidup dari Kawah Ijen. Aktivitas mereka dimulai sebelum fajar menyingsing.

Para petambang menjual belerang seharga Rp 780 per kilogram (kg) kepada PT Candi Ngrimbi, satu-satunya perusahaan yang memiliki lisensi atau izin pemanfaatan kawasan taman wisata alam di Gunung Ijen. Penghasilan setiap petambang tergantung jumlah belerang yang dipikul.

Cholik, misalnya, mendapat Rp 69.000 dari berat bersih 86 kg belerang setelah dikurangi berat keranjang kayu 4 kg. Setiap petambang dalam sekali angkut mampu membawa belerang 60-100 kg. Dalam sehari, mereka dapat mengangkut dua kali dari kawah. ”Untuk hari ini, saya cukup sekali angkut saja, sebab ada keperluan yang mendesak, sekarang sudah ditunggu istri di rumah,” kata Cholik.

Merangkap pemandu

Sebaliknya, Saekoni (35), justru meliburkan diri dari aktivitas menambang belerang pada hari itu. Dia memilih memandu pengunjung yang ingin turun ke Kawah Ijen. Setelah mendapat imbalan dari jasanya itu, dia segera kembali ke tempat tinggalnya di Desa Kluncing, Kecamatan Licin, sekitar 24 kilometer dari Paltuding.

Di rumahnya yang sebagian masih beralaskan semen kasar, Saekoni tinggal bersama istri dan anaknya. Dalam seminggu, dia hanya 3-4 kali menambang belerang. ”Tadinya saya menambang setiap hari, tetapi sekarang sudah tidak lagi sejak cicilan sepeda motor sudah lunas. Hari ini saya mau ngarit, cari rumput buat pakan ternak,” ujar pria yang menambang belerang sejak lima tahun lalu.

Sebelum menambang belerang di Ijen, Saekoni pernah berjualan es krim tradisional di Bali serta bekerja serabutan di Surabaya. Dia memutuskan jadi petambang setelah diajak temannya. ”Penghasilan di sini lebih lumayan. Apalagi kalau dapat tambahan dari guide (pemandu) turis,” ucapnya.

Sejak ramai dikunjungi turis asing, para petambang belerang di Ijen memang turut kecipratan berkah. Setiap petambang diberi imbalan Rp 200.000-Rp 300.000 dalam sekali jalan menemani turis asing. Untuk mendampingi wisatawan lokal, mereka mendapat uang jasa Rp 100.000–Rp 150.000, tergantung dari kesepakatan.

”Dalam sebulan, paling banyak empat sampai lima kali menemani turis. Itu pun pas bulan Juli sampai November, saat ramai-ramainya turis datang,” kata Saekoni.

Upaya pemkab

Melihat kondisi itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memberi dukungan positif. Para petambang pun diberi kaus bertuliskan I Love Banyuwangi dan sepatu bot secara gratis.

”Menghadapi wisatawan yang baru datang ke sini, kami diminta bersikap sopan dan tidak boleh memaksa wisatawan yang ingin naik ke puncak sendiri,” kata Saekoni seraya menunjukkan kaus I Love Banyuwangi yang dikenakannya.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memfasilitasi kursus bahasa Inggris secara gratis bagi warga Kecamatan Licin yang hendak jadi pemandu. Tak heran jika beberapa pemandu mampu bekerja secara profesional, termasuk berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

Kedatangan para turis tak lepas dari pesona Kawah Ijen yang sudah tersohor hingga ke luar negeri. Daya tarik utamanya adalah petambang belerang yang lalu lalang, matahari terbit, serta fenomena api biru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com