Menurut Suparmin, sejauh ini penyesuaian yang dilakukan berupa waktu. Selama ini pergelaran wayang menghabiskan waktu minimal 8 jam. Namun sekarang sudah lebih diringkas dan dipadatkan. "Satu pergelaran bisa hanya 2 jam. Bahkan ada yang 10 menit atau 5 menit," tuturnya.
Selain waktu, penggunaan bahasa juga menyesuaikan. Banyak pergelaran wayang kini menggunakan bahasa Indonesia. Ini dilakukan agar wayang dapat menjangkau semua daerah. Di luar dari bahasa, tema-tema yang diangkat juga lebih dinamis dan dekat dengan masyarakat.
Wayang sekarang tak lagi melulu membahas kisah-kisah Pandawa atau perang Baratayuda. Pergelaran wayang sekarang banyak yang mengangkat tema yang dekat dengan masyarakat. "Misalnya kisah kepahlawanan Soekarno ya," jelas Suparmin. Untuk instrumen musik juga mengalami banyak penyesuaian. Sinden misalnya sudah bisa menyanyikan lagu-lagu populer. Alat musiknya juga sudah bisa menggunakan drum dan gitar.
Bagaimanapun wayang adalah sarana mendidik, sehingga dalam setiap pergelaran harus ada unsur pendidikan atau nilai moral yang dapat dipelajari. Selain itu wayang juga selalu mengangkat hal-hal baik atau sisi heroik karakternya. Kisah wayang selalu mengajarkan kebaikan seorang tokoh.
Hal serupa diutarakan Ananto Kusuma, Staf Ahli dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pidato pembukaan FWI. Menurutnya selama ini wayang masih diperlakukan sebagai tontonan semata. Padahal wayang bisa dimasukkan sebagai tuntunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.