"Sebelumnya kami banyak melayani konsumen baik yang individu maupun kelompok, tetapi akhir-akhir ini biro wisata konvensional lebih banyak melayani konsumen kelompok," kata Ketua Asita Jateng, Joko Suratno di Semarang, Senin (28/9/2015).
Menurut dia, kondisi tersebut dipicu oleh banyaknya maskapai penerbangan maupun hotel-hotel yang memberikan harga promo dan layanan secara dalam jaringan.
Joko mengatakan kondisi tersebut membuat posisi biro wisata khususnya yang masih memberikan pelayanan secara konvensional kalah bersaing.
"Sebetulnya kalau dari sisi layanan saat melakukan perjalanan kami berani bersaing, tetapi kalau sudah memberikan promo dan pelayanan secara 'online' tentu kami kalah bersaing," katanya.
Menurut dia, promo maupun kemudahan layanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan dan hotel-hotel lebih banyak disukai oleh konsumen yang melakukan perjalanan wisata secara individu.
"Kalau yang berkelompok tetap lebih memilih konvensional karena mereka bisa langsung melakukan konsultasi dengan kami, misalnya destinasi mana saja yang aman dan nyaman dikunjungi," katanya.
Untuk kelompok tersebut, di antaranya perusahaan swasta, instansi pemerintah, dan sekolah. Menurut dia, untuk konsumen kelompok kebanyakan belum nyaman melakukan reservasi secara dalam jaringan.
Terkait dengan berkurangnya segmentasi pasar biro perjalanan wisata yang masih melayani secara konvensional, pihaknya berharap agar ada keterlibatan dari pemerintah.
"Kami berharap pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang sifatnya merugikan pelaku sektor wisata, misalnya larangan rapat di hotel yang sempat berjalan selama beberapa waktu dan saat ini wacana larangan pejabat melakukan kunjungan ke luar negeri," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.