Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alamnya Indah, Rugi Jika Tidak Pelesir ke Flores

Kompas.com - 23/01/2016, 15:30 WIB
Kontributor Manggarai, Markus Makur

Penulis

PULAU Flores di Nusa Tenggara Timur semakin dikenal hingga mancanegara. Banyak paket wisata ditawarkan biro perjalanan kepada wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke Flores.

Di ujung barat Pulau Flores yakni Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, pelancong ditawarkan wisata alam mengunjungi Taman Nasional Komodo untuk melihat binatang Komodo. Selanjutnya menyelam di bawah laut Taman Nasional Komodo.

Bagi wisatawan yang sangat suka berpetualang di alam bebas tersedia Padang Savana Pulau Rinca dan Pulau Komodo sambil melihat binatang Komodo yang sudah masuk tujuh keajaiban dunia pada 2013 lalu.

Selain itu, wisatawan asing dan domestik mendaki gunung Mbeliling untuk melihat keunikan burung-burung yang endemik hidup di Pulau Flores, sambil menikmati air terjun di beberapa tempat di kawasan hutan Mbeliling.

Bergeser ke wilayah tengah, wisatawan diajak berkunjung ke Kampung Adat Waerebo dengan perjalanan kaki selama kurang lebih 3-4 jam. Wisatawan ke kampung itu akan melihat keunikan Mbaru Niang masyarakat Manggarai Raya di Pulau Flores.

Kompas.com/Markus Makur General Manager PT PLN NTT, Richard Safkaur menyisihkan waktunya untuk melihat keunikan persawahan Lingko Lodok di hamparan persawahan Cancar, Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sabtu (16/11/2013) lalu. Dia sangat mengagumi keindahan persawahan yang langka di dunia ini.
Selain itu, mereka juga melihat persawahan Lodok yang hanya ada di wilayah Flores bagian barat. Saat ini persawahan itu diperkenalkan dengan sebutan spider field farm.  Sawah ini adalah sebuah sistem pembagian lahan yang sangat adil yang diwariskan leluhur Manggarai Raya.

Setelah mengunjungi persawahan itu, wisatawan asing dan domestik melanjutkan perjalanan ke puncak Ranaka. Puncak Ranaka adalah bekas gunung api. Di atas gunung itu kita dapat menikmati matahari terbit maupun terbenam.

Wilayah alam di Pulau Flores bagian barat sangat cocok untuk berwisata alam sambil menikmati matahari terbenam di bagian Barat. Berpetualangan di rimba Ranamese sangat menantang bagi wisatawan sambil melihat beranekaragam burung-burung.

Wilayah lain yang tak kalah menariknya ada pesisir selatan dari Manggarai Timur. Wisatawan asing dan domestik bisa mendaki ke Gunung Ndeki, yang sering disebut Poco Ndeki.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Siap mengantar rombongan Frater dengan berkuda di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Di puncak Ndeki ada situs batu berbentuk kelamin laki-laki dan perempuan. Dari Puncak Ndeki itu kita bisa menikmati matahari terbit pada pagi hari maupun matahari terbenam pada sore hari. Juga melihat burung-burung yang hidup di alam bebas di hutan sekitarnya.

Selain itu di situs itu, warga dari Suku Rongga biasa menggelar ritual minta hujan apabila terjadi kemarau di kampung-kampung sekitar gunung tersebut. Selain gunung itu, ada juga Gunung Komba di mana terdapat situs-situs leluhur Suku Rongga.

Di sekitar Gunung Komba, ada dua batu berbentuk payudara perempuan. Di wilayah itu juga ditawarkan berpetualang di padang Savana Mausui. Namun, saat ini akibat kemarau panjang, padang itu tidak hijau karena rumputnya mati.

Dari sana kita bisa menikmati Kampung Tua Nawe yang terletak di atas bukit dari Kampung Sambikoe, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Dari kampung itu wisatawan menikmati matahari terbenam di wilayah Flores bagian barat.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Larrita (kiri), wisatawan dari Swiss didampingi pemandu horse trekking sekaligus pemilik Mbolata Cottage, Fransisco Huik De Rosari (kanan) mengeliling Kota Waelengga menuju ke Padang Sabana Teleng di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan berkuda, Rabu (24/6/2015).
Dari kampung itu dapat menikmati keindahan dan keunikan sebuah tebing yang masih asli. Dan juga menikmati keindahan Pantai Mbolata, Pantai pasir putih Mausui dan puncak gunung Inerie.

Belum lama ini, Bonifasius Jawa dan Agustinus Nggose menemani Kompas Travel  mengisahkan Nawe adalah bekas kampung tua dari leluhur orang Sambikoe. Ada bekas-bekas batu megalitik yang ada ditengah kampung itu serta batu berbentuk benteng. Ada batu bulat yang diakui sebagai batu persembahan dari para leluhur. Kini, kampung tua itu tidak terawat lagi.

“Saya sudah beberapa kali ke Kampung Tua Nawe ini. Dari kampung ini dapat menikmati matahari terbenam serta melihat sebuah tebing di bagian timur dari kampung tersebut,” jelasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur, Galus Ganggus kepada KompasTravel menjelaskan, alam di wilayah Manggarai Timur masih sangat asli. Bahkan, binatang Komodo juga hidup di alam di Pota, Kecamatan Sambi Rampas.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kuda-kuda berlarian di Padang Sabana Mausui, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Selain wisata alam, Manggarai Timur juga menawarkan wisata budaya, wisata pantai, dan wisata gunung.

“Mari kita sama-sama menjaga keunikan alam serta menjaga kebersihan di pantai, baik pantai di selatan Manggarai Timur maupun di bagian utara,” kata Ganggus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com