Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan di Balik Kesuksesan Soto Betawi H. Ma’ruf

Kompas.com - 25/01/2016, 10:18 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok di balik terjaganya resep soto betawi sejak zaman penjajahan ialah Haji Ma’ruf bin Said. Bapak yang sudah mewariskan usaha soto betawi yang tersohor tersebut telah mulai meracik rempah-rempah sejak masih Hindia Belanda. Tepatnya mulai tahun 1940.

Pada masa sulit itu tekanan demi tekanan diterima rakyat Indonesia, termasuk Betawi, yang ada di pusat pemerintahan; penjajahan, diskriminasi ras, hingga perbudakan dialaminya. Hal ini membuat keluarga almarhum Haji Ma’ruf bin Said memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Maka jalur kuliner yang ia pilih.

Kebolehannya meracik masakan didapatkan dari keturunan orangtuanya yang asli Betawi. Dari nol, Ma'ruf meracik bumbu soto betawi, trial and error terus dihadapinya dengan gigih. Pada masa sulit, sering kali ia harus berpindah tempat karena pikulan soto yang dibawanya diusir oleh petugas keamanan. Haji Ma’ruf berjuang dengan pikulannya hingga tahun 1970 akhir, ia tidak segera memiliki tempat menetap karena suatu alasan.

“Bapak sosok yang sangat gigih berjuang, ia bukan tidak mau menyewa tempat atau punya tempat menetap. Namun, pada masa sulit itu semuanya mahal, dan bapak tidak mau untuk meminjam dana ke bank, atau berurusan dengan bank pada masa itu,” tutur Muchlis Ma’ruf, generasi kedua pewaris soto betawi tersebut, saat ditemui KompasTravel di rumah makannya Sabtu (23/1/2016).

Gedung PLN dekat Stasiun Gambir ialah tempat pertama yang ditempati oleh pikulan H. Ma’ruf kala itu. Berpindah ke Pasar Boplo yang merupakan cikal bakal kawasan elite Menteng, berdekatan dengan Stasiun Gondangdia. Lalu ia pindah lagi ke stasiun kereta api yang sekarang sudah dibongkar beralih fungsi menjadi Kantor Imigrasi.

Pembongkaran tersebut membuatnya harus berpindah lagi, yaitu ke Taman Lengkeng yang sekarang Jalan Cut Nyak Dien, di mana berdiri kantor Kelurahan Gondangdia.

Pada awal tahun 1971 banyak penertiban dilakukan pemerintah. Alhasil, H. Ma’ruf kembali memindahkan bakulan sotonya, kini ke Jalan Cikini Raya, Kantor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dan, terakhir dari tahun 1983 hingga kini, bakulnya bersandar apik di bangunan sederhana di dalam Taman Ismail Marzuki.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Ramai pembeli, di Rumah Makan Soto Betawi H. Ma'ruf yang berada di dalam kompleks Taman Ismain Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Soto Betawi yang menggunakan rempah-rempah alami, dan tanpa penyedap merupakan menu favorit para pelanggan dari berbagai daerah.
Enam kali perpindahan yang dijalaninya akhirnya berbuah manis, kini penerus-penerusnya tidak lagi terpapar sinar matahari dan guyuran hujan. Walaupun bangunannya sederhana dan masih berstatus pijam ke pemerintah daerah, tapi boleh dilihat yang parkir di depan bangunan itu mobil-mobil mewah. Setiap harinya pun mampu menjual hingga 200 porsi soto betawi, bahkan sempat diekspor ke Belanda dan Jerman.

Muchlis mengakui bukan hanya resep yang diwariskan dari bapaknya, melainkan juga para pelanggan kelas atas. Tak heran dari zaman Belanda, Menteng merupakan kawasan elite Ibu Kota, tempatnya para pejabat dan mantan pejabat.

“Alhamdulillah, dari zaman dulu sejak keluarga Cendana, Gus Dur, Megawati, hingga sekarang Jokowi dan JK pernah makan di sini, selain orang-orang penting negara lainnya,” kata Muchlis, sambil menunjukkan foto-foto pejabat yang pernah makan di warung soto miliknya.

Hingga saat ini usaha soto betawi tersebut sudah dipegang generasi kedua, dan akan diwariskan ke generasi ketiga, yaitu anak dari Muchlis Ma’ruf. Resep yang selalu alami dan dijaga langsung oleh pemilik merupakan salah satu kunci eksistensinya hingga saat ini. Selain itu, semangat juang dari H. Ma’ruf sang pelopor pun selau menjadi panutan keluarga sehingga mewariskan semangat perjuangannya tersebut.

Di generasi kedua ini, Muchlis menambahkan menu baru, yaitu laksa betawi yang diraciknya langsung. “Kami menambahkan menu baru dari warisan bapak, yaitu laksa betawi. Ini karena banyak permintaan dari konsumen. Alhamdulillah tidak kalah laris dengan sotonya. Bumbunya pun kami racik sendiri dan tetap alami, tidak menggunakan penyedap,” tambah Muchlis.

Jika Anda penasaran dengan kelezatan soto ini, silakan mampir di Soto Betawi H. Ma’ruf, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya Nomor 73, yang buka mulai pukul 08.00 hingga 20.30 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com