Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Cantik Ini Sukarela Bersihkan Vandalisme di Gunung Indonesia

Kompas.com - 03/10/2016, 19:10 WIB
Yosia Margaretta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski mengikrarkan diri sebagai "pecinta alam'', tak banyak orang Indonesia yang menjalankannya sepenuh hati.

Banyak gunung di Indonesia penuh sampah dan vandalisme. Hal itulah yang ditemukan Luluk Kartikawati begitu pertama kali tiba di Gunung Rinjani, Lombok. Begitu tiba di gunung tersebut, alangkah kagetnya Lulu, gunung itu ternyata tidak seindah yang kita bayangkan.

"Benar-benar kecewa, ternyata tidak seperti yang dibilang banyak orang. Kondisinya udah kotor," ujar Luluk saat dihubungi KompasTravel, Minggu (2/10/2016).

Luluk terhenyak dan kecewa saat menemukan Gunung Rinjani ternyata sangat kotor oleh sampah yang berserakan di sepanjang jalur maupun di tempat kemah. Sampah didominasi oleh bungkus makanan yang dibuang begitu saja.

"Padahal ada tulisannya di situ, 'Dilarang membuang sampah sembarangan'. Tapi ya gitu, malah tulisannya itu ditempel-tempel stiker," tutur Luluk dengan nada kecewa.

Usai Rinjani, Luluk menginjakkan kaki di Gunung Lawu (Jawa Timur) pada 2011. Dua tahun kemudian, dia kembali mendaki Lawu dan menemukan gunung tersebut tidak sebersih dulu.

"Kali kedua ke sana, kondisi Gunung Lawu kotor banget. Tidak hanya sampah tapi juga coretan. Nah dari situ, aku kepikiran untuk melakukan kegiatan bersih-bersih," tutur Duta Wisata Sragen 2015 ini.

Luluk kemudian membuat gerakan CAV OT MOUNTAIN (Clean Art Vandalism On The Mountain). Namun dirinya tidak mau menyebut bahwa CAV OT MOUNTAIN adalah komunitas, karena siapa pun yang mau bergabung bebas untuk masuk dan keluar.

 

INSTAGRAM/LULU_KARTIKA Lulu Kartikawati saat beraksi membersihkan vandalisme di gunung.

Perempuan berumur 23 tahun ini tidak memungut biaya sama sekali untuk melakukan pembersihan. Lulu menyiapkan semua bahan pembersih kotoran dan cat, tiner misalnya. Perempuan satu ini menyiapkan semua bahannya sendiri karena tidak ingin membebani relawan yang mau ikut bersih-bersih.

"Aku pokoknya nggak pungut biaya. Mereka mau ikut saja udah syukur, jadi bahannya sudah aku sediakan. Tapi aku juga melarang kadang mereka juga ada yang mau bawa sendiri tinernya," tutur perempuan asal Solo ini.

Walaupun belum sepenuhnya bisa membersihkan seluruh jalur di Gunung Lawu, Luluk merasa puas dirinya dan bantuan dari relawan mampu membersihkan banyak spot vandalisme. Biasanya, rombongan yang terdiri dari 10 orang disebar di beberapa titik untuk melakukan pembersihan.

"Walaupun sedikit orangnya, yang penting efektif. Waktu itu aku ikut acara bersih-bersih, yang ada peserta foto-foto saja semua," cerita Luluk kepada KompasTravel.

Selain membersihkan batu yang dicoret dengan cat semprot, Luluk dan relawan juga mengumpulkan sampah yang berserakan. Masing-masing orang mampu membawa satu kantong plastik sampah besar per orang. Sampah yang dibawa beragam dari mulai bungkus makanan, sisa-sisa makanan dan masih banyak lagi.

"Ya ada coret-coret batu pakai cat semprot, tempel-tempel stiker komunitas mereka. Padahal yang biasanya meninggalkan tanda itu dari nama komunitas pencita alam. Cuma namanya saja pecinta alam, tapi gak menjaga alam," tutur Luluk.

Luluk dengan tulusnya ingin membersihkan area objek pendakian. Dirinya membebaskan siapa saja yang ingin ikut tanpa dipungut biaya. Dengan berusaha sebaik mungkin, Lulu dengan relawannya ingin betul-betul menjaga alam.

"Kalau bukan kita, siapa lagi mau jaga. Saya tidak memaksa para pendaki untuk ikut kegiatan saya. Setidaknya, tidak membuang sampah sembarangan apalagi mencorat-coret," tutur Luluk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com