Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknik Aklimatisasi untuk Menghindari AMS Saat Mendaki Gunung

Kompas.com - 26/02/2017, 21:54 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendaki gunung merupakan aktivitas outdoor yang menyehatkan. Dalam mendaki gunung, tubuh kita akan dituntut untuk selalu bergerak dan harus dalam keadaan sehat bugar.

Oleh karena itu, latihan fisik dan mental sebelum naik gunung sangat dibutuhkan, apalagi untuk mendaki gunung di atas 4.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Dalam mendaki gunung baik, ada salah satu teknik yang harus pendaki pelajari untuk menghindari gejala terkena penyakit Acute Mountain Sickness atau AMS.

"Teknik tersebut adalah teknik aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasuki. Untuk mendaki gunung, konteks aklimatisasi di sini adalah penyesuaian tubuh terhadap ketinggian tertentu," kata Mountain Guide di Indonesia Expeditions, Rahman Muchlis pada acara 'Sharing Tips dan Pengalaman Mendaki Gunung di Atas 4.000 mdpl' di Consina Store Buaran, Jakarta, Sabtu (25/2/2017).

Pada kesempatan itu Rahman memberikan berbagai tips kepada para peserta yang hadir. Berikut KompasTravel rangkum tips untuk melakukan aklimatisasi atau penyesuaian tubuh terhadap ketinggian pada saat mendaki gunung.

1. Mendakilah dengan ritme yang konstan dan perlahan, hindari mendaki terlalu cepat saat memasuki zona altitude yang lebih tinggi.

2. Untuk proses aklimatisasi yang lebih baik, Rahman menjelaskan, "Mendakilah ke tempat yang lebih tinggi dan bermalamlah di tempat yang lebih rendah."

Firman Firdaus/National Geographic Indonesia Siluet pendaki di puncak Gunung Tambora berketinggian 2.850 meter. Gunung bertipe stratovolcano aktif ini terletak di Pulau Sumbawa, Indonesia dan pernah mengalami letusan mahadahsyat tahun 1815.
Contohnya dalam kasus mendaki gunung di atas 4.000 mdpl, jika jarak antara pos A dan pos B melampaui ketinggian 4.000 mdpl, dari pos A mendakilah ke pos B.

Kemudian, turunlah kembali ke pos A untuk bermalam di sana. Proses ini akan membuat aklimatisasi berjalan lebih baik.

3. Minum secara teratur. Aklimatisasi sering kali disertai dengan kehilangan cairan, sehingga kita perlu untuk minum teratur setidaknya 4-7 liter per hari. Output urin juga harus berlimpah dan jernih.

4. Makan-makanan berkalori tinggi.

5. Istirahat dan tidur yang teratur, kurang lebih 6-8 jam. Kurangnya istirahat dan tidur akan membuat kerja tubuh kurang maksimal.

6. Tenang dan tidak terlalu banyak melamun. Lakukanlah aktivitas ringan untuk menjaga tubuh supaya tetap bergerak.

Disarankan juga untuk beraktivitas di cahaya matahari pada siang hari daripada tidur. Jika tidur, intensitas pernafasan akan menurun dan memperburuk gejala AMS.

7. Hindari mengonsumsi alkohol, tembakau, dan obat penenang (contohnya obat tidur). Hal ini dapat menghambat pernafasan dan memperburuk gejala AMS.

8. Gunakan seluruh pakaian dan peralatan sesuai dengan kebutuhan dan ketinggiannya.

KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia menuruni Gunung Merapi (2.896 mdpl) sambil memungut sampah di jalur Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (8/6/2014).
9. Jika mulai terjadi gejala penyakit ketinggian seperti pusing, mual, dan sesak nafas, jangan mendaki lebih tinggi sampai gejala tersebut hilang. Jika gejala meningkat, turunlah ke tempat yang lebih rendah.

10. Perlu diingat bahwa kemampuan adaptasi setiap orang terhadap ketinggian berbeda-beda. Pastikan setiap orang dalam tim Anda telah beradaptasi dengan baik terhadap ketinggian dan iklimnya sebelum naik ke tempat yang lebih tinggi.

"Untuk menjalankan proses aklimatisasi, pendaki dituntut untuk tetap sabar dan disiplin. Ingat bahwa tujuan mendaki gunung tidak hanya menggapai puncaknya, tapi untuk kembali berkumpul bersama orang tersayang di rumah," tutup Rahman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com