Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Pengunjung Pameran Art Jog

KOMPAS.com - Ada yang menarik ketika KompasTravel mengunjung pameran seni Art Jog, Kamis (10/5/2018) di Yogyakarta. Menikmati karya seni di sana terbilang nyaman.

Mayoritas pengunjung pameran Art Jog sadar akan aturan pameran. Alih-alih berebut foto seperti di pameran seni kebanyakan. Pengunjung malah antre melihat penjelasan tentang karya.

Kalau ada yang berfoto di depan karya sekalipun, pengunjung tersebut akan melakukannya dengan cepat. Kemudian mempersilahkan pengunjung lain yang ingin menikmati karya dengan seksama.

"Banyak sekali perubahan pada pengunjung, yang tadinya hanya foto-foto selfie sekarang mulai baca caption, tanya caption, dan peminat tur seniman dan kurator itu semakin meningkat," kata CEO Art Jog, Heri Pemad saat dihubungi KompasTravel, Sabtu (19/5/2018).

Heri mengatakan pada setiap kali penyelenggaraan Art Jog, panitia memantau karakteristik pengunjung.

Perubahan pengunjung pameran Art Jog mulai tampak jelas sejak 2014, tahun kelima penyelenggaraan Art Jog.

"Bahkan kalau ada tur seniman dan kurator pada pagi sebelum pameran buka dan malam sebelum pameran tutup, itu peminatnya membludak. Sampai harus kami batasi untuk kenyamanan," jelas Heri.

Heri juga menyebutkan apresiasi pengunjung Art Jog terhadap karya seni sampai pada tahap mengoleksi. Mereka mengoleksi karya seniman sesuai dengan dengan bujet masing-masing.

Mengapa pengunjung Art Jog cenderung berbeda?

Bukan tanpa alasan pengunjung pameran Art Jog memiliki karakter yang cenderung beda dengan pengunjung pameran seni umum di tempat lain.

"Sejak 2009 pameran Art Jog, kami sudah melakukan edukasi. Lewat pemberitahuan sebelum masuk, pengumuman, dan penjaga untuk para pengunjung. Kami menyadari (pengunjung) Indonesia belum seperti (pengunjung) negara-negara di Eropa dengan teks saja tidak cukup," jelas Heri.

Apalagi pengunjung baru dengan latar belakang usia dan daerah yang berbeda, disebutkan Heri, membuat panitia Art Jog harus selalu memberi edukasi.

Ia juga mengatakan secara tak langsung lokasi Art Jog juga menjadi filter pengunjung dari segi preferensi. Art Jog pertama kali diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta dari 2008- 2015.

Mulai 2016 sampai saat ini, Art Jog mulai diselenggarakan di Jogja National Museum.

"Itu pengunjungnya berbeda, dari yang tadinya memang niat nongkrong di Malioboro dan Tugu lalu mampir ke Taman Budaya, sekarang memang sengaja datang ke Jogja National Museum untuk menikmati seni," jelas Heri.

Faktor lain yang membedakan, Art Jog tidak pernah memfokuskan sebagai destinasi wisata di Yogyakarta.

"Kami promosi sebagai event di Yogyakarta iya, tetapi branding sebagai wisata apalagi wisata foto tidak sama sekali. Art Jog ini selalu mengutamakan konten, tetap yang utama kualitas karya. Kita mengutamakan wacana seni rupa itu sendiri sebagai tolak ukur perkembangan karya seni di Indonesia dan jadi bagian perkembangan seni yang mewakili dunia," jelas Heri.

Harga tiket masuk Art Jog dari Rp 10.000 di awal dan kini Rp 50.000, menurut Heri, tidak mempengaruhi karakteristik pengunjung.

"Kalau diperhatikan sama saja, sama ramainya," kata jelas Heri.

Meski demikian Heri tak memungkiri, masih ada pengunjung Art Jog yang lebih antsusias berfoto ketimbang menikmati karya seni. 

"Ketika mereka selfie foto, itu point penting untuk selanjutnya. Ketika selfie, histeris melihat karya bagus, minta difoto, itu nanti akan berbeda. Kami tetap hormati pengunjung yang bayar tiket, karena tahun depan mereka mungkin tidak begitu lagi," jelas Heri.

Art Jog diselenggarakan rutin setiap tahun. Tahun ini diselenggarakan dari 4 Mei- 4 Juni 2018 dengan teman 'Enlightment' di Jogja National Museum Yogyakarta.

Selain pameran seni rupa, Art Jog juga menghadirkan tur seniman dan kurator, workshop, pertujukan musik dan tarian kontemporer, serta penjualan suvenir seni.

https://travel.kompas.com/read/2018/05/21/203200127/belajar-dari-pengunjung-pameran-art-jog

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke