Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melestarikan Tari Perang Caci sebagai Budaya dan Atraksi Wisata

Meski disakralkan, beberapa kampung adat memilih prosesi tarian ini sebagai atraksi untuk menjamu wisatawan yang datang. Salah satunya di Kampung Adat Melo, Manggarai Barat, NTT. 

Sang tetua adat di sana, Yosep Ugis Melo mengatakan masyarakat kampungnya memilih melestarikan Tari Caci dengan cara menyuguhkannya kepada wisatawan.

"Ya kalau prosesi adatnya sebenarnya panjang, bisa berhari-hari. Tapi kita suguhkan saja yang sederhana untuk wisatawan, supaya bisa coba juga," tuturnya kepada KompasTravel saat berkunjung bersama tim Pegipegi Yuk! Jelajah Indonesiamu, Rabu (29/11/2018).

Menurutnya, jika hanya digunakan saat perayaan adat, akan sangat jarang dipraktikkan, sehingga untuk regenerasi cukup sulit. Sedangkan jika dimainkan untuk atraksi wisatawan bisa seminggu sekali, sehingga akan sering berlatih.

"Ya kalau prosesi adat yang panjangnya memang Tarian Caci hanya satu atau dua kali setahun, jadi sulit mewariskan kepada anak-anaknya," tuturnya.

Meski begitu, tarian sakral ini juga sebagai ladang masyarakatnya mendapatkan pemasukan dari wisatawan. Untuk satu kali permainan Caci dengan durasi satu jam, wisatawan bisa membayar Rp 3,5 juta.

Jika Anda ingin melihat dan mencobanya, datanglah ke Desa atau Kampung adat Melo, Liang Ndara, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Semakin banyak datang, Anda akan semakin murah membayar, karena tarifnya per penampilan, bukan banyaknya wisatawan.

https://travel.kompas.com/read/2018/12/07/070400227/melestarikan-tari-perang-caci-sebagai-budaya-dan-atraksi-wisata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke