Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Seven Summits Fransiska Dimitri, Denali dan Vinson Massif Tak Terlupakan

Ia bersama Mathilda Dwi Lestari, perempuan yang akrab disapa Deedee ini tergabung dalam tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (WISSEMU).

Dalam sebuah kesempatan acara Decathlon bertajuk Mountaineering Talkshow di Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta, Sabtu (12/10/2019), Deedee menceritakan pengalamannya saat menaklukkan 7 gunung di berbagai belahan dunia.

Deedee bercerita kisahnya bagaimana dirinya bisa berkontribusi dalam kegiatan ini.

“Idenya muncul dari organisasi Mahitala, coba ngirim satu paket cowok cewek, lalu buat open recrutment yang untuk wanita, terus ada tes fisik dan wawancara, jadi penilaian gak cuman dari fisik aja, tapi harus siap di mental dan otak juga,” kata Deedee kepada para peserta Mountaineering Talkshow, Sabtu (12/10/2019).

Ketika ditanya mengenai cerita menarik di gunung yang selama perjalanan, ia menyebut Gunung Vinson dan Denali adalah jawabannya.

Pertama Vinson, bagi Deedee ini merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan karena pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Antarktika.

“Berkesan banget di sana, gak kebayang pertama tinggal di sana, kan di sana tuh gak ada malam, kena matahari terus, jadi kita kebantu matahari buat hilangkan dingin,” cerita Deedee.

Ia juga bercerita mengenai peraturan dari daerah yang hingga kini termasuk zona bebas tersebut.

Orang-orang yang masuk ke Antartika harus mematuhi segala peraturan yang ada di sana, seperti harus menjaga kebersihan dan alam Antartika dengan cara tidak boleh meninggalkan jejak apa pun, misalnya sampah, dan kotoran manusia.

“Pokoknya kita gak boleh ninggalin apapun, gak boleh buang air sembarangan, kita boleh buang itu di tempat-tempat yang sudah ditentukan. Kalau untuk buang air kecil, ada tempat namanya pee hall, yang menarik nih tempat gak di tiap tempat ada, gak banyak jumlahnya,” ujarnya.

Gunung kedua yang menurut Deedee menarik adalah Denali. Ia menceritakan proses pendakian yang terlambat dilakukan oleh tim Seven Summits. Waktu itu, timnya terlambat karena hal pendanaan yang masih kurang.

Deedee bersama Hilda berangkat pada akhir musim di mana cuaca di sana tidak bisa diprediksi.

“Jadi kita berangkat waktu itu Juni ke Juli, nah kan musim yang baik di sana itu Mei ke Juni, kita telat, jadi sulit berkegiatan di sana. Waktu itu gleyser sudah banyak yang terbuka, nah untungnya pas kita di sana tuh cuaca bersahabat, ada sih hujan badai, tapi kita bawa happy,” cerita Deedee.

Ia bersama Mathilda Dwi Lestari yang akrab disapa Hilda memulai perjalanan ekspedisi tahun 2014 dan ditutup Mei 2018.

Ketujuh puncak yang telah mereka daki di antaranya Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Papua Indonesia, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania Afrika, Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina, Vinson (4.897 mdpl) di Ellsworth Range Antarktika, McKinley atau Denali (6.194 mdpl) di Alaska Amerika Utara, dan terakhir Everest (8.850 mdpl) di Nepal.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/15/140000827/kisah-seven-summits-fransiska-dimitri-denali-dan-vinson-massif-tak-terlupakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke