Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Hanya Sup Kelelawar di China, Ini Ragam Kuliner Kelelawar di Dunia

KOMPAS.com - Sejak dulu, kelelawar tidak hanya dijadikan sebagai obat tradisional tetapi juga dihidangkan sebagai makanan.

Bagaimana rasa kelelawar? Beberapa orang menyebutkan rasanya seperti daging burung puyuh. Seperti diungkapkan seorang pelanggan di sebuah warung di Gunungkidul, Yogyakarta yang menjual hidangan codot.

"Enak kok rasanya, mirip puyuh tetapi katanya lebih sehat," ucap pelanggan itu.

Senada dengan hal itu, seperti tertulis di buku "The Oxford Companion to Food" (1999) oleh Alan Davidson, rasanya lebih kaya daripada daging ayam, lebih mirip dengan burung-burung liar yang biasa diburu.

Terdapat beberapa negara yang menghidangkan kelelawar sebagai makanan. Seperti dikutip dari buku “Extreme Cuisine: The Weird & Wonderful Foods that People Eat” (2004) yang ditulis Jerry Hopkins, menyebutkan beberapa negara di Asia dan Pasifik.

Negara tersebut antara lain Indonesia, Palau, China dan negara-negara lainnya. Sebagian besar negara di Asia Tenggara memiliki kuliner khas kelelawar.

Sementara itu, beberapa negara memiliki tradisi menyantap kelelawar dari masa lampau seperti Jepang dan Italia. Namun, praktek ini sudah mulai menghilang bahkan terlarang, karena kelelawar jenis yang disantap mengalami kepunahan.

China

China memiliki tradisi menyantap hidangan dari bahan-bahan "ekstrem". Salah satunya adalah kelelawar.

Hingga saat ini, kelelawar masih menjadi hidangan yang kerap disantap masyarakat. Baik diolah menjadi sup atau dibakar.

Indonesia

Sementara di Indonesia, orang Minahasa di Sulawesi Utara, memiliki hidangan kelelawar yang disebut paniki. Melansir States of Splendor, kelelawar yang digunakan untuk paniki adalah kelelawar pemakan buah.

Biasanya, kelelawar pemakan buah memiliki bentuk tubuh yang sedikit lebih besar dari kelelawar pada umumnya. Paniki juga dimakan di beberapa daerah di Kepulauan Maluku.

Oleh karena itu, kelelawar jenis tersebut dipilih agar penyantap lebih puas dalam menikmati sup paniki.

Biasanya kelelawar dibakar untuk dihilangkan bulunya. Lalu dimasak dengan santan dan bumbu seperti bawang merah, bawah putih, cabai, serai, dan lainnya.

Selain itu di Gunungkidul, Yogyakarta, juga ada makanan khas yang dibuat dari kelelawar buah atau codot.

Sebuah warung di desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, yang dikelola secara turun temurun tiga generasi yang menjual codot dibacem.

Sementara itu, di Kalimantan juga ada kuliner khas yang menggunakan bahan kelelawar. Hidangan ini disebut bangamat.

Thailand

Sementara di Thailand, melansir South China Morning Post, kelelawar direbus hidup-hidup dalam air yang sudah dicampur beberapa bumbu dan rempah yang sudah dihaluskan.

Kemudian, mengutip buku “Strange Food” yang ditulis oleh Jerry Hopkins, di beberapa restoran kecil dekat Ratchaburi, Thailand, kelelawar bakar dan goreng dihidangkan dalam bentuk utuh.

Kelelawar bakar juga dijadikan sebagai santapan di beberapa area kaki gunung yang membatasi Thailand dan Myanmar.

Palau

Salah satu negara yang terkenal akan hidangan kelelawar adalah Palau. Melansir Travel Food Atlas, kelelawar merupakan hidangan tradisional khas negara kepulauan tersebut.

Biasanya, kelelawar pemakan buah akan direbus terlebih dahulu lengkap dengan bulunya.

Kemudian, kelelawar dimasak dengan jahe, santan, beberapa rempah, dan potongan sayuran. Lalu dihidangkan dalam sebuah mangkuk besar.

Seychelles

Di Seychelles, kelelawar pemakan buah diolah menjadi hidangan civet de chauve souris. Ini semacam hidangan rebusan yang dimasak dengan kuah kental, mirip dengan kari.

Melansir Taste Atlas, kelelawar pemakan buah dikuliti terlebih dahulu.Selanjutnya, daging akan dimarinasi menggunakan cuka dan anggur merah.

Kemudian dimasak dengan menggunakan berbagai macam bumbu pelengkap dan rempah-rempah. Dalam penghidangannya, biasanya kari akan dilengkapi dengan nasi hangat atau kentang.

https://travel.kompas.com/read/2020/01/26/183411027/tak-hanya-sup-kelelawar-di-china-ini-ragam-kuliner-kelelawar-di-dunia

Terkini Lainnya

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Travel Update
5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

Jalan Jalan
5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke