Kasus terakhir yang menyorot perhatian yakni meninggalnya salah seorang pendaki diduga hipotermia di Gunung Lawu.
Siswo Putranto Santoso, dokter Rumah Sakit Umum Adhyaksa mengungkapkan, hipotermia menjadi salah satu penyakit paling mematikan di gunung.
Menurut pria yang kerap disebut dokter gunung Indonesia itu, sebelum mencapai hipotermia, biasanya dimulai dengan fase awal kedinginan.
"(Tapi) kedinginan itu nanti (bisa) berujung paling fatal halusinasi karena kelelahan. Akhirnya orientasi kita berubah, apa pun yang kita lihat itu jalan yang pengen kita tuju, padahal aslinya itu pepohonan dan ada jurangnya," kata Siswo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/7/2020).
Oleh karena itu, sebelum memulai pendakian, orang wajib tahu mengenai gejala-gejala penyakit yang bisa terjadi di gunung.
Berkaca pada kejadian di Gunung Lawu, ia menuturkan, pendaki tersebut masih dalam tahap kedinginan. Sebab, pendaki tersebut terlihat menggigil, masih bisa diajak berbicara dan bergerak.
"Kalau menggigil, tandanya kan dia baru fase awal--hanya kedinginan. Nah, kalau orang kedinginan ya harusnya dihangatkan," kata Siswo.
"Penghangatan paling bagus ya bungkus dengan segala macam selimut, sleeping bag," jelasnya.
Namun Siswo mengakui jika pendaki gunung saat ini banyak yang belum mengetahui secara mendalam gejala hingga cara penanganan terkait kondisi tersebut.
Kondisi ini pun diyakini akan berakibat buruk, sebab bisa membuat kasus kematian di gunung karena kedinginan hingga hipotermia akan semakin sering ditemui.
Hipotermia menurut Chico adalah tahap kedinginan yang paling tinggi. Ciri-cirinya pendaki sudah tidak bergerak dan tak bisa diajak berbicara. Kondisi ini lah yang perlu diwaspadai.
"Nah, kalau sudah suhu panas di badannya hilang, dan dia sudah gak bergerak. Ini yang ditakutkan, ini sudah tahap hipotermia. Kalau kedinginan itu kan masih gerak, menggigil," jelasnya.
Hipotermia bisa saja merenggut nyawa pendaki jika sudah menyerang hingga stadium berat. Diberitakan Kompas.com, 4 Maret 2019, fase stadium berat hipotermia ini, pendaki akan merasakan merinding hebat, datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti.
Semakin lama, fase berhenti merinding ini semakin panjang. Hingga akhirnya benar-benar berhenti.
Hal tersebut disebabkan karena glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa (bahan energi).
Siswo mengungkapkan, meski nampak sulit ditangani pada fase tersebut, masih ada harapan untuk pertolongan.
Menurutnya, jika pendaki lain yang melihat seseorang sudah tak merespon akibat kedinginan, maka bisa melakukan pertolongan pertama seperti memompa jantung atau resusitasi.
Oleh karena itu, ia menekankan agar pendaki gunung mengetahui gejala penyakit yang ada di gunung seperti kedinginan hingga hipotermia.
Jika kamu melihat pedaki kedinginan di gunung, Chico menuturkan segera lakukan pertolongan pertama yaitu menghangatkannya.
Penghangatan paling bagus, kata dia, dengan membungkus orang tersebut dengan selimut atau sleeping bag.
"Hanya itu saja pertolongan pertamanya. Terus kasih makanan yang hangat-hangat. Terus bertahan lakukan itu sampai dinginnya hilang, dengan makanan itu tenaganya dapat pulih. Baru dia boleh keluar dari penghangatan itu," jelasnya.
Namun, kata dia, satu hal yang tak boleh dilupakan adalah penghangatan tersebut tetap dilakukan dalam naungan atau tenda.
"Tapi tetap bikin naungan ya. Artinya naungan ya masuk dalam tenda atau apa yang mana itu agar orang itu tak kedinginan lagi," tambahnya.
Cara menolong orang yang terkena hipotermia adalah dengan melakukan resusitasi seperti membuat nafas buatan, serta memompa dada.
Hal ini, kata dia, berguna agar membuat jantung dan paru-paru pendaki tersebut kembali bekerja.
"Ini gak berisiko, ini hanya upaya agar mudah-mudahan dia tertolong. Meskipun belum tentu juga tertolong. Artinya yang paling penting ada upaya dari kita untuk menolong orang tersebut," tuturnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan kembali apabila pendaki melihat temannya sudah tak bergerak dan tak merespon ketika diajak berbicara. Kemudian ketika ditekan denyut nadinya mulai melemah hingga sulit diraba, hal-hal resusitasi harus segera dilakukan.
"Lakukan segera CPR Resusitasi jantung paru, yang dikasih nafas buatan, ditekan-tekan dadanya," kata dia.
https://travel.kompas.com/read/2020/07/30/094800827/tips-naik-gunung-kenali-gejala-dan-cara-atasi-hipotermia